Dharma Wacana

Upacara Warak Kruron Jika Pernah Keguguran atau Menggugurkan Kandungan

Warak Kruron adalah upacara yang dilakukan untuk seseorang yang mengalami keguguran. Ida Rsi Bhujangga Waisnawa mengungkapkan makna upacara ini.

Penulis: Ni Luh Putu Rastiti Era Agustini | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Freepik.com
Ilustrasi hamil. Jika mengalami keguguran atau pernah menggugurkan kandungan, dalam Hindu ada dikenal dengan upacara warak Kruron untuk membersihkan roh bayi dan ibunya. 

Selain di laut, upacara juga dilaksanakan di rumah serta pekarangan.

“Kemudian upacara untuk di rumah, biasanya kita buatkan upacara pebersihan rumah dan pekarangan yaitu berupa caru,” jelasnya.

Upacara ini bisa dilakukan secara bersamaan jika mengalami keguguran lebih dari sekali.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa menjelaskan bahwa orangtua tidak boleh main-main ketika mengalami keguguran atau menggugurkan kandungan.

 “Yang penting adalah kembali seperti yang saya katakan, buatlah upacara Warak Kruron, upacarakan, bersihkan itu, dan di samping itu sebagai pribadi sekarang, bertobatlah. Itu yang pribadi. Oleh sebab itu, kita di Bali tidak boleh main-main karena hal-hal demikian itu kita percaya pada konsep apa yang disebut dengan suksma sarira, antah karana sarira kemudian stula sarira dan sebagainya itu kita percaya,” jelasnya.

Beliau juga berharap adanya kesadaran dari orangtua untuk melaksanakan upacara ini.

“Dan kita juga percaya kepada karma. Oleh karena itu sering terjadi dan berapa banyak yang sudah mengadu kepada tyang di sini bahwa setelah dia melakukan upacara, dia yang tadinya hancur kemudian terbuka  jalannya. Itu banyak sekali terjadi, itu yang tyang lakukan. Sehingga kita mengharapkan kepada mereka untuk melakukan itu dalam kesadaran mereka. Jadi kita tidak memaksa mereka. Tapi percaya atau tidak, demikian,” katanya.

Namun begitu, mereka yang pernah menggugurkan kandungan seringkali merasa malu dan menganggapnya sebagai aib.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa menegaskan rasa malu itu perlu dihilangkan.

Hal tersebut bisa menjadi komitmen untuk melakukan tobat.

 “Mereka kalau mau membersihkan diri hilangkanlah malu, hilangkanlah rasa malu, jangan gengsi, karena itu salah satu komitmen kita melakukan tobat. Kalau tidak begitu kan tobatnya tidak ada,” pungkasnya.

Upacara Warak Kruron bisa dilakukan secepatnya, tidak ada waktu khusus untuk melakukannya.

Hal ini untuk menghindari adanya roh-roh gentayangan yang disebut butha cuil.

“Dalam konsep agama Hindu, makin lama roh-roh itu gentayangan maka makin tidak baik. Maka takutnya bahwa roh-roh itu, itulah yang disebut dengan butha cuil,” jelas Ida Rsi Bhujangga Waisnawa.

Hal ini juga tidak hanya berlaku untuk bayi namun juga untuk orang meninggal pada umumnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved