Berita Gianyar

Peringati Saharsa Warsa Ditulisnya Prasasti Baturan, 1.000 Orang Tarikan Rejang Sutri di Gianyar

memperingati 1.000 tahun atau saharsa warsa ditulisnya Prasasti Baturan, pementasan tarian sakral Rejang Sutri

TRIBUN BALI/ Wayan Eri Gunarta
1.000 orang tarikan Rejang Sutri di Desa Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali, Minggu 18 Desember 2022 - Peringati Saharsa Warsa Ditulisnya Prasasti Baturan, 1.000 Orang Tarikan Rejang Sutri di Gianyar 

Gede Mecaling memilih babi guling yang diikat upas. Sedangkan Dewa Babi memilih yang diikat dengan tali benang.

Tali pengikat yang terbakar dinyatakan kalah.

Ternyata, tali pengikat yang terbakar adalah milik Gede Mecaling sehingga dinyatakan kalah.

Atas perjanjian yang telah disepakati, Gede Mecaling keluar dari Desa Batuan pergi ke wilayah Nusa Penida, namun dengan rasa dendam dan emosi.

Gede Mecaling mengeluarkan pastu bahwa setiap mulai sasih Kalima, ia akan kembali datang ke Desa Batuan bersama rencang-rencangnya untuk berbuat keonaran.

Pastu inilah yang membuat cemas masyarakat Desa Batuan.

Oleh masyarakat Batuan, rasa cemas tersebut ditangkal dengan cara melakukan persembahyangan ke Pura Desa. Krama Lanang berkumpul menggelar gocekan, adu ayam.

Diyakini rencang-rencang Gede Mecaling klangen dan terhibur dengan aksi adu ayam, sehingga melupakan emosinya untuk berbuat onar.

Sementara krama istri menghilangkan rasa cemas dengan menari sepanjang malam.

Mereka menari dengan perasaan tenang, gembira dan hilang dari kecemasan.

Para perempuan menari menurut irama yang teratur dengan gerak tari halus, lemah lembut.

Masyarakat Desa Batuan yakin, ketika Tari Rejang Sutri dipentaskan, Gede Mecaling yang hendak datang meresahkan masyarakat menjadi mengurungkan niatnya tersebut, karena terpesona dengan adanya tarian ini.

"Yang dipuja saat menari yakni Sang Hyang Dedari, sehingga setiap perempuan yang menari Sutri ketika dilihat oleh rencang-rencangnya Gede Mecaling seperti bidadari. Ini juga yang membuat dendam Gede Mecaling luluh," ujar Bendesa Batuan.

Kata bendesa, pada zaman dulu, pementasan Tari Rejang Sutri digelar sampai subuh.

Karena diyakini, rencang-rencang Gede Mecaling akan pergi saat ayam berkokok pertanda hari telah pagi.

Sejak saat itulah, Gocekan dan Rejang Sutri digelar setiap hari selama sasih gering.

Kini, meski telah mengalami perkembangan zaman, pementasan tetap digelar sesuai pakem.(weg)

Kumpulan Artikel Gianyar

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved