Berita Klungkung
Permintaan Ikan Diprediksi Tinggi Jelang Tahun Baru, Nelayan Mengeluh Minimnya Hasil Tangkapan
Permintaan Ikan Diprediksi Tinggi Jelang Tahun Baru, Nelayan Enggan Melaut karna Minimnya Hasil Tangkapan
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA- Para nelayan di Pesisir Pantai Segara, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupten Klungkung mengeluh minimnya hasil tangkapan. Padahal menjelang tahun baru, permintaan ikan-tongkol' title=' ikan tongkol'> ikan tongkol bisanya melonjak drastis.
Nengah Dira (60) sedang bersantai di Pesisir Pantai Segara, Senin (19/12/2022). Ia merupakan satu diantara banyaknya nelayan di Pantai Segara yang urung untuk melaut. Menurutnya dalam beberapa hari terakhir, sangat minim hasil tangkapan di perairan Desa Kusamba.
“Kami sudah tidak melaut beberapa hari ini, karena tidak ada ikan. Rekan saya tiga hari melaut tidak dapat tangkapan sama sekali,” ujar Nengah Dira.
Situasi ini membuat nelayan sementara waktu hanya memarkir jukung mereka. Jika memaksakan untuk melaut, nelayan akan rugi. Mengingat biaya yang dikeluarkan, tidak sesuai dengan hasil tangkapan yang didapat.
“Kalau sekali melaut, itu habis 8 liter pertalite minimal. Itu modal sudah sekitar Rp80 ribu, sementara hasil tangkapan sangat minim. Kalau hasil tangkapan bagus, pasti semua berangkat melaut,” jelas Nengah Dira.
Minimnya hasil tangkapan nelayan, juga karena banyaknya lumba-lumba di sekitar perairan Klungkung. Lumba-lumba selama ini dianggap hama oleh para nelayan, karena kerap memangsa hasil tangkapan bahkan sampai merusak jaring nelayan.
“Padahal menjelang tahun baru permintaan ikan pasti tinggi sekali. Semoga beberapa hari kedepan hasil tangkapan baik, sehingga nelayan kembali bisa meluat,” ungkapnnya.
Akibat tidak melaut, beberapa nelayan beralih untuk menjadi buruh angkutan barang yang akan disebrangkan ke Nusa Penida. Pekerjaan ini tetap dilakoni, agar nelayan tetap bisa mendapatkan penghasilan ditengah sepinya hasil tangkapan.
“Penghasilannya tergantung barang yang akan disebrangkan. Rata-rata dapatnya seharinya Rp50 ribu,” ujar seorang nelayan yang beralih menjadi buruh angkut barang, Suparta. (*)