Berita Klungkung
Petani Garam Kusamba Mengeluh, Harga Garam Hasil Tunnel Ditawar Rp4 Ribu Per Kilo
Garam bersih hasil tunnel ini ditawar dengan harga terlalu murah, sehingga kelompok petani garam Sarining Segara Desa Kusamba lebih memilih menyimpan
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Para petani garam di Desa Kusamba, Klungkung, Bali, mampu meningkatkan produksi garam dengan sistem tunnel.
Namun garam bersih hasil tunnel ini ditawar dengan harga terlalu murah, sehingga kelompok petani garam Sarining Segara Desa Kusamba lebih memilih menyimpan garamnya di gudang.
Ketua Kelompok Petani Garam Sarining Segara, Wayan Rena mengungkapkan, semenjak mendapat bantuan tunnel petani garam setempat membuat garam dengan dua cara.
Baca juga: Di Klungkung Tercatat 1623 Disabilitas, Beberapa Diterima Bekerja di OPD
Yakni dengan metode tradisional yang dijalankan perorangan, dan sistem tunnel yang dikerjakan berkelompok.
Beberapa bulan membuat garam dengan sistem tunnel, kelompok petani garam Sarining Segara sudah memproduksi sekitar 800 kilogram garam bersih.
Namun garam produksi tunnel itu ditawar dengan harga sangat murah, yakni hanya Rp4000 per kilogram.
Sehingga para petani garam enggan menjual garam tersebut, dan lebih memilih menyimpannya di gudang.
Baca juga: Terima Aduan Musik Keras Malam Hari, Bupati Suwirta Turun Sidak Warung Tuak di Klungkung
"Kalau kami berikan garam bersih hasil tunnel itu dengan harga Rp4000 per kilogram, takutnya tidak cukup untuk biaya pemeliharaan (peralatan tunnel)," ujar Wayan Rena, Minggu (25/12/2022).
Pertimbangan Rena cukup masuk akal, karena menurutnya intalasi tunnel perlu biaya pemeliharaan.
Apalagi produksi garam di tunnel juga menggunakan mesin untuk penyedot air laut.
Jika tidak ada biaya pemeliharaan, ia khawatir tunnel bantuan dari Kementerian Sosial itu justru pemanfaatannya tidak berkelanjutan.
Baca juga: Perumda Panca Mahottama Targetkan Semua Desa di Klungkung Terlayani Air Bersih Pada 2023
"Rencananya bulan Januari nanti ada calon pembeli yang akan datang untuk membeli garam tunnel ini. Permintaanya 1,2 ton, coba kami tawarkan harga Rp10 ribu per kilogramnya," ungkap Rena.
Namun demikian, dari 4 kali panen dengan sistem tunnel ini, Petani Garam Sarining Segara sudah mampu menjual 130 kilogram garam kotor dan air limbah garam sebanyak 35 liter.
"Jatu jeriken sekitar 35 liter air limbah garam kami jual Rp90 ribu. Kalau garam kotor dari hasil tunnel kami sudah jual Rp130 kilogram, dengan harga Rp1500 perkilogram," ungkap Rena.
Baca juga: PKP Klungkung Kompak Tunggu Keputusan PTUN, Sukirta Belum Ada Niat Pindah Partai
Biasanya air limbah dan garam kotor itu juga dimanfaarkan untuk kebutuhan spa dan lainnya. Sementara garam bersih untuk keperluan konsumsi.
"Kalau dikatakan masalah kualitas, tetep lebih bagus garam buatan tradisional. Dari segi rasa, garam dari tunnel memang lebih asin dan agak pahit."
"Kalau garam produksi tradisional, lebih bersih, walau tidak seasin garam dari tunnel, tapi lebih gurih. Sehingga biasanya warga lebih memilih membeli garam yang dibuat secara tradisional," ungkapnya.
Sehingga walaupun sudah mendapat bantuan pembuatan garam dengan sistem tunnel ini, petani garam di Desa Kusamba tetap membuat garam dengan cara tradisional.
"Tetap buat garam tradisional, walau pekerjaanya lebih berat. Sementara dengan sistem tunnel juga tetap produksi, keunggulannya bisa tetap produksi dalam berbagai cuaca," jelasnya.
Tunnel garam merupakan salah satu metode produksi garam menggunakan teknologi rumah kaca untuk proses kristalisasi.
Metode ini sangat cocok dilakukan di semua musim, termasuk di musim hujan yang dapat meningkatkan produksi.
Proyek bangunan Tunnel Garam bernilai sekitar Rp12 juta sampai Rp15 juta, diluar biaya mesin penyedot air laut. Dana berasal dari Kemensos RI Direktorat Komunitas Adat Terpencil dan Kewirausahaan Sosial.
"Kami minta dibantu pemasarannya, kami sudah sampaikan ke menteri sosial," jelas Wayan Rena.
Jika tidak dipasarkan, ia khawatir justru garam hasil tunnel ini hanya menumpuk di gudang. Sementara jika dilepas dengan harga terlalu murah, dirinya khawatir tidak ada biaya pemeliharaan.
"Informasinya kami akam dicarikan koperasi, untuk mengambil garam tunnel ini," jelasnya.
Menteri Sosial Tri Rismaharini, dalam kunjungan ke tempat penggaraman Kelompok Petani Garam Sarining Segara, Selasa (20/12) lalu, mengaku akan berupaya untuk membantu pengolahan garam turnnel untuk sejumlah produk.
Dengan begitu, nilai jualnya pun akan meningkat.
“Jangan berhenti sampai memproduksi garam seperti ini saja. Harus diolah sebagai produk lainnya sehingga harga jualnya pun meningkat,” ujar Rismaharini. (*)
Berita lainnya di Berita Klungkung