Berita Denpasar

Dikenal Tangguh, Tak Jarang Perempuan Bali Sering Dapatkan Diskriminasi

Pengetahuan masyarakat terkait gender jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tentunya mengalami kemajuan.

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribun Bali/ Ni luh Putu Wahyuni Sari
Institut Kapal Perempuan bersinergi dengan Bali Sruti dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Denpasar. 

TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Pengetahuan masyarakat terkait Gender jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tentunya mengalami kemajuan. Namun masih ada juga masalah-masalah yang terkait dengan posisi perempuan terutama yang nomor dua dibanding laki-laki. Hal tersebut disampaikan oleh, Direktur KAPAL Perempuan, Misiyah pada jumpa perss dengan Bali Sruti, Senin 26 Desember 2022. 

“Saya kira ini tidak hanya di Bali tapi diseluruh Indonesia bahkan dunia. Karena salah satu data SDGs Gender Index dari 14 goal Index Gender untuk goal 5 tujuan kesetaraan gender skor nya paling rendah dan buruk untuk Indonesia,” katanya. 

Misiyah juga mengatakan image perempuan Bali yang dikenal tangguh karena dapat bekerja sekaligus melestarikan tradisi dan Budaya juga tak luput dari diskriminasi

Tangguh, kata, Misiyah tidak berarti dia bebas dari diskriminasi, karena dia tangguh dia bisa bekerja mencari uang, bisa berpolitik, bisa berkarya seni, namun beban kerjanya dalam rumah tangga tetap seperti ibu-ibu rumah tangga keseharian. 

“Masih dibebani ngurus anak, keluarga ngurus suami dan orangtua. Bagaimana supaya setara agar urusan-urusan ini dibagi. Laki-laki dan perempuan kan sama-sama memiliki tanggungjawab dan sama-sama ingin mengurus anak. Coba bapak-bapak ini senang tidak sih mengurus anak? Jadi laki perempuan sama saja dimulainya dari sederhana misalnya cuci piring dilakukan pembagian kerja supaya perempuan tidak terbebani,” imbuhnya. 

Sementara itu, satu hasil assigment Bali Sruti di dua Desa yakni di Desa Dauh Puri Kaja dan Dauh Puri Kangin dimana perempuan disana bekerja lebih dari 12 jam. 

“Jadi beban ganda itu jadi dia sudah ngantor, cari uang, ikut seni dan budaya dan ikut kegiatan sosial dan lainnya dan masih terbebani 12 jam bekerja,” tutupnya.

Sebelumnya, Institut Kapal Perempuan bersinergi dengan Bali Sruti dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Denpasar melakukan gerakan untuk mewujudkan desa ramah perempuan dan peduli anak di Denpasar. 

Direktur Bali Sruti, Luh Riniti Rahayu mengatakan, workshop ini untuk mensosialisasikan program kolaborasi antara Kapal Perempuan di Jakarta dengan Bali Sruti di Denpasar dan Pemerintah kota Denpasar. Dalam kolaborasi ini, lanjut dia, mengembangkan gerakan perempuan akar rumput melalui pemberdayaan perempuan. Strategi ini dikembangkan dengan membentuk Sekolah Perempuan.

“Sekolah ini sebuah wadah belajar untuk memperkuat kesadaran kritis, mengembangkan life skill dan kepemimpinan perempuan. Untuk tahun ini Sekolah Perempuan ini dibentuk di dua desa yaitu Desa Dauh Puri Kaja dan Dauh Puri Kangin," ucap, Luh Riniti. (*) 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved