Hari Pahlawan

Kisah Perjuangan dan Detik-Detik Gugurnya Kapten Japa di Medan Perang: Bli Sampun Dados Caru Niki

Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa atau yang akrab dikenang sebagai Kapten Japa gugur

|
Tribun Bali/Putu Supartika
MONUMEN - Patung Kapten Japa di Bundaran Renon Denpasar. Beginilah kisah perjuangan dan detik-detik Kapten Japa gugur di medan perang. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa atau yang akrab dikenang sebagai Kapten Japa gugur di medan perang.

Namun sebelum napas terakhirnya terhembus di tengah serangan umum Kota Denpasar, ia sempat berpesan singkat kepada sahabat seperjuangannya:

Pesan terakhir Kapten Japa sebelum ditembak Mati: Majeng Ida Bagus Banjar, Ida mebaos "Gus bli pasti mati, dadi terusang perjuangan, kaonang Belanda. Sampunang mundur, bli sampun dados caru niki".

Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Jaya Negara: Pahlawan Harumkan Bangsa, Kita Sejahterakan Masyarakat

(Gus, aku pasti mati. Teruskan perjuangan, kalahkan Belanda. Jangan mundur, aku sudah menjadi tumbal untuk ini)

Pesan itulah yang terus hidup di ingatan banyak orang, termasuk keluarga besarnya yang kini kembali menghidupkan kisah perjuangan Kapten Japa — seorang pemuda Denpasar yang gugur membela kemerdekaan pada 11 April 1946.

Usia Muda, Jiwa Besar

Kapten Japa lahir di Griya Punia Jati, Jalan Hayam Wuruk No.105 Denpasar, pada 3 April 1925.

Ia bukan hanya pejuang, tapi juga sosok pelajar cerdas.

Setelah menempuh pendidikan di HIS (Sekolah Belanda) dan MULO di Malang, Japa sempat bekerja paksa di masa pendudukan Jepang.

Ketika Jepang kalah dan PETA (Pembela Tanah Air) dibentuk, ia langsung bergabung bersama lebih dari seribu pemuda lainnya untuk berlatih di Banyumala.

Darah muda dan semangat kemerdekaan membuatnya cepat dipercaya sebagai pemimpin.

Baca juga: Soeharto Termasuk dalam 10 Pahlawan Nasional yang akan Diumumkan Hari Ini

Perlawanan di Denpasar

Pasca Proklamasi, Bali kembali bergolak.

Pada 2 Maret 1946, tentara Belanda mendarat di Sanur dengan 2.000 pasukan bersenjata lengkap.

Denpasar jatuh tanpa perlawanan. Namun, para pemuda Bali tak tinggal diam.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved