Berita Denpasar

TRAUMA, Seluruh Penghuni Terbayang Tragedi di Kebo Iwa Utara, Anak-anak Tak Ingin Kembali ke Kos

Trauma, seluruh penghuni kos masih terbayang dugaan ledakan LPG yang terjadi di Kebo Iwa Utara, Denpasar, Bali. Anak-anak pun tak ingin kembali

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Kartika Viktriani
Tribun Bali/Putu Yunia Andriyani
Agnes Baliate penghuni kos Gang Gandari di Kebo Iwa Utara, Denpasar, Bali mengaku masih trauma dengan kejadian dugaan ledakan LPG yang menimpa tetangga mereka, khawatir juga dengan kondisi sang buah hati. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Musibah dugaan ledakan LPG yang menimpa kos di Gang Gandari, Kebo Iwa Utara, Denpasar, Bali masih menyisakan bekas. 

Selain bangunan yang hancur lulu lantah, tragedi yang terjadi pada Jumat, 6 Januari 2023 itu juga menyisakan trauma bagi pengunjung lain. 

Tidak hanya pada korban, para penghuni kamar kos di Gang Gandari ini juga mengaku masih terbayang dengan kejadian tersebut. 

Seperti yang diutarakan oleh Agnes Baliate, salah satu tetangga korban yang melihat langsung kejadian tersebut. 

Ia mengatakan hingga kini dirinya masih terbayang betapa mengagetkan dan mengerikan kejadian tersebut. 

Yang paling menakutkan juga, sang buah hati satu-satunya ikut merasakan trauma yang mendalam. 

“Waktu kejadian anak saya itu sudah kaku sekali, tangan dan kakinya sudah tidak bisa bergerak. 

Cukup lama sekitar setengah jam sampai akhirnya tetangga saya datang untuk peluk anak saya dan dia menangis,” kata Agnes Baliate kepada Tribun Bali

Melanjutkan ceritanya, perempuan asal Sumba itu mengatakan saudara-saudaranya kemudian datang dan membawa anaknya ke tempat tinggal mereka.

Baca juga: PHRI Badung Harap Ledakan Bom dan RUU Tak Pengaruhi Kunjungan Wisatawan di Akhir Tahun

 Anak Agnes yang merupakan seorang perempuan berusia 7 tahun sering tiba-tiba berteriak dan menangis, terutama saat dia sendiri. 

Hal itu lantas membuat ia dan suaminya bingung mengurusnya di tengah kondisi juga harus tetap bekerja. 

Apapun yang anaknya lakukan tidak berani ia lakukan sendiri dan harus ditemani oleh sang ibu atau ayahnya. 

Melihat kondisi ini, menitipkan sang buah hari ke rumah saudara menjadi pilihan terbaik untuk Agnes dan suaminya. 

“Jadi lebih baik di rumah saudara karena ada teman-temannya yang bisa mengalihkan pikiran dia. 

Ini juga dia minta sepedanya dibawakan ke sana supaya bisa main,” tambahnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved