Human Interest Story
Kisah Wikan, Berjualan Tuak Manis Menggunakan Sepeda Motor di Bali, Sehari Omzet Capai Rp 300 Ribu
Ingin Mandiri, Made Wikan Berjualan Sepulang dari Jepang, Berencana Buat Es Krim Tuak Manis di Bali
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Made Wikan Priyanta (31) baru sebulan pulang dari bekerja di Jepang.
Dia memutuskan berhenti bekerja di Jepang setelah tiga tahun merantau di sana.
Alasan dia memutuskan balik dan tinggal di Bali adalah karena sudah berkeluarga dan ingin bekerja mandiri.
Maka terbitlah ide untuk berjualan tuak manis di Denpasar dengan menggunakan sepeda motor.
Baca juga: Kisah Yunia Nurbaiti, Sulap Minyak Jelantah Jadi Lilin Aroma Terapi di Bali, Omzet Jutaan Rupiah
Setiap hari Made Wikan berjualan di sebelah timur GOR Ngurah Rai Denpasar.
Ditemui di lokasi berjualan, lelaki asal Buleleng ini mengaku berjualan dari pukul 10.00 Wita.
Kadang saat laris dalam waktu 4 jam tuak manis yang dijualnya ludes.
Paling lama ia berjualan hingga pukul 16.00 Wita.
Tuak yang dijual oleh Made Wikan diambil dari Bangli.
“Setiap pagi saya ke Bangli ambil tuak yang kebetulan paman saya. Sehari rata-rata bawa 20 liter tuak,” kata lelaki yang tinggal di Batubulan ini, Selasa 17 Januari 2023.
Ia memilih berjualan tuak keliling karena terinspirasi dari penjual tuak di Buleleng.
Wikan melihat peluang tersebut karena di Denpasar belum ada penjual tuak manis keliling.
Bermodalkan sepeda motor, kendi, dan potongan bambu ia pun memulai usahanya.
Ada tiga ukuran tuak manis yang dijual, yakni es tuak manis dengan harga Rp 5 ribu, tuak manis botolan ukuran 600 ml Rp 13 ribu, dan kemasan botol ukuran 1,5 liter dengan harga Rp 30 ribu.
Tuak manis ini bisa bertahan hingga 1,5 hari.
Selain menjual tuak manis, ia juga menjual loloh kayu manis dengan harga Rp 10 ribu per botol ukuran 600 ml.
Selama seminggu berjualan tuak manis, responnya pun sangat positif.
“Kalau mereka yang suka minum tuak manis, pasti nyari lagi ke sini. Karena ini asli tanpa ada campuran, apalagi ini tidak memabukkan,” katanya.
Pembeli tuak manisnya rata-rata usia 24 tahun ke atas.
Dalam sehari, saat sepi ia bisa meraup omzet Rp 300 ribu.
Sementara saat sedang ramai, sehari ia bisa berjualan hingga Rp 500 ribu.
Ke depannya Wikan berencana membuka tempat penjualan tuak manis.
Selain itu, ia juga berencana buat es krim dari tuak manis.
“Sudah ada yang buat di Ubud. Saya mau coba juga membuat untuk pengembangan usaha,” katanya. (i putu supartika)
Kumpulan Artikel Bali
tuak manis
Human Interest Story
GOR Ngurah Rai
UMKM Bali
pengusaha bali
Denpasar
Bangli
Buleleng
Bali
Tribun Bali
Kisah Yunia Nurbaiti, Sulap Minyak Jelantah Jadi Lilin Aroma Terapi di Bali, Omzet Jutaan Rupiah |
![]() |
---|
Kisah Calon PMI yang Gagal ke Jepang, Banting Setir Jual Ayam Lalapan di Bali |
![]() |
---|
Kisah Seorang Disabilitas Tuna Daksa Ariasih, Punya Usaha Kerajinan Tangan Online |
![]() |
---|
Kisah Rai Suweca, Ngiring Ngusada Dengan Ramuan Herbal, Hingga Jadi Pendiri UD Tri Hita Karya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.