Berita Tabanan
Lonjakan Kebutuhan Bahan Pokok, Di Penggilingan Beras Capai Rp 11.800
Bahan pangan atau sembilan bahan pokok mengalami lonjakan signifikan. Meskipun tidak seluruhnya, namun lonjakan nampak dirasakan oleh warga.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Bahan pangan atau sembilan bahan pokok mengalami lonjakan signifikan. Meskipun tidak seluruhnya, namun lonjakan nampak dirasakan oleh warga. Walau ada beberapa kebutuhan pokok yang juga mengalami penurunan. Namun, untuk beras, gula minyak goreng mengalami kenaikan cukup signifikan. Sedangkan ayam potong mengalami penurunan signifikan.
Dari penelusuran Tribun Bali di beberapa pedagang, bahwa kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan ialah beras dan gula. Kemudian, minyak goreng dan juga gas LPG. Yang dampaknya, maka pedagang makanan, laundry cucian juga menaikkan harga jual kepada pelanggan. Misalnya saja beras, saat ini di penggilingan saja mencapai harga Rp 11.800. Kemudian di ranah pedagang mencapai Rp 12 ribu lebih.
Salah satu pedagang di Desa Dajan Peken, Ketut Suweni, 59 tahun mengakui, bahwa mulai dari beras telur atau sembilan bahan pokok sudah mulai naik sejak Galungan. Harga eceran untuk gula kini mencapai Rp 14 ribu gula, sebelumnya Rp 13.500. Atau sekarang naik Rp 500. Sedan kan beras merangkak naik terus dan harga eceran kini Rp 12 ribu lebih.
“Kalau per sak, ada yang Rp 270 ribu isi 24 kilo. Kalau 25 kilo Rp 280 ribu. Ada Dua dua minggu-an atau sebelum Galungan naik semua,” ucapnya, Jumat 20 Januari 2023.
Hal senada diakui I Ketut Artana, pedagang si Banjar Jambe Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, bahwa untuk LPG mulai Senin 16 Januari 2023 lalu sudah naik.
Dirinya terpaksa menaikan harga sekitar Rp 2.000 dari harga beli, karena secara otomatis untuk mengambil untung. Dari pangkalan sendiri, dirinya mendapat harga Rp 18 ribu per tabung gas. Dan atas kondisi ini, memang masyarakat sudah banyak yang tahu, dan tidak kaget atas hal tersebut.
“Tidak kaget sih, mas. Karena memang sebelumnya harga kebutuhan lain juga naik,” katanya.
Sesangkan untuk beras, harga per sak beras itu naik terus sejak sebulan lalu. Mulai dari beli Rp 245 ribu dijual Rp 250 ribu. Sekarang Rp 260 dan dijual Rp 265 ribu. Sehingga dengan naiknya beras maka kebutuhan lain juga akan naik seperti LPG dan kebutuhan lainnya.
“Sebenarnya untuk beras dari modal dua ratus ribu plus itu, biar bisa untung dua setengah persen atau sekitar 10 ribuan. Tapi susah sekali kalau jual cari untung segitu. Jadi karena sudah persaingan, maka dijual cuma untung Rp 5 ribu,” jelasnya.
Di bagian lain, harga beras di tingkat penggulingan kini mencapai Rp 10.800 per kilogram pada awal tahun 2023. Hal ini disampaikan, Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi) Tabanan, Ketut Budiarta.
Ketut Budiarta mengungkapkan, pada awal tahun ini lonjakan harga beras terus berlanjut dengan naik ke posisi Rp 10.800 per kg. ”Lonjakan harga beras ini terjadi secara bertahap sejak awal kenaikan tahun lalu. Dari awal kenaikan Rp 10.300 per kg, kemudian naik lagi ke posisi Rp 10.600 per kg pada Hari Raya Galungan dan Kuningan lalu, dan terakhir sudah menyentuh Rp 10.800 per kg,” bebernya.
Posisi harga Rp 10.800 per kg di tingkat usaha penggilingan, sambungnya, sudah terjadi sejak tiga hari terakhir. Lonjakan diprediksi karena dipicu luasan dan jumlah panen padi yang terjadi di tingkat lokal sudah jauh menurun, sedangkan permintaan hasil panen dalam bentuk gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) ditingkat usaha penggilingan tetap stabil selama ini.
“Panen yang menurun ini membuat kami kadang dalam seminggu bisa dapat membeli gabah untuk diolah menjadi beras, kadang kala juga tidak dapat membeli bahan (gabah),” keluhnya. (*).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.