Berita Badung
Langkah Pertama Bangun Pendidikan Berkarakter Lewat Baca, DPRD Badung Akan Gencar Edukasi Orang Tua
Langkah pertama bangun pendidikan berkarakter lewat baca, DPRD Badung akan gencar edukasi orang tua.
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Kabupaten Badung kini tengah bangkit dan memulai untuk menjalankan pendidikan berkarakter.
Sempat tak terlihat, pendidikan karakter ini ternyata berjalan pelan akibat situasi pandemi COVID-19 yang melanda hampir tiga tahun lamanya.
Menurut Anggota DPRD Kabupaten Badung Komisi Empat, Luh Gde Sri Mediastuti, pendidikan berkarakter dapat dibentuk dengan membaca.
Yang saat ini menjadi problema utama adalah masih minimnya minat baca masyarakat, tidak hanya anak-anak tetapi juga orang tuanya.
“Nah sekarang soal minat baca yang utamanya ini kita harus menggerakkan minat baca dari anak-anak dan orang tua.
Jadi bukan anak-anak saja yang didorong tetapi juga orang tuanya, justru mereka yang pertama harus diedukasi,” kata Luh Gde Sri Mediastuti.
Melanjutkan penjelasannya, Mediastuti mengatakan orang tua memiliki peranan penting dan menjadi pengaruh pertama untuk anak.
Apabila orang tua berhasil memiliki minat baca yang baik dan mampu menularkan ke anak, maka peran selanjutnya adalah kepada guru di sekolah.
Dilanjutkan dengan mendorong minat baca seluruh lapisan masyarakat yang juga menjadi motor utama pembentukan karakter.
Minat baca ini diakui Mediastuti memang sangat kurang karena adanya gadget.
Baca juga: Rentan Terpengaruh, Pertalife Insurence Bangun Pondasi Bangsa di Bali Lewat Pojok Membaca
Untuk membuat anak-anak kembali bergairah membaca, maka diperlukan juga buku-buku yang menarik namun tetap berisi.
“Iya kita perlu buku-buku yang ada gambar-gambar, dari gambar-gambar itu bisa dijelaskan maksud dari buku tersebut.
Nah kalau di Bali itu sebenarnya sudah ada namanya masatua, diharapkan anak-anak bisa seperti itu,” tuturnya.
Dahulu, orang tua sering menceritakan cerita-cerita sebelum anak tidur, tetapi sekarang semakin jarang karena orang tua pun juga sudah menggunakan gadget.
Lama-kelamaan, jika hal ini ini dibiarkan budaya masatua ini juga mungkin akan hilang dan pendidikan berkarakter akan pudar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.