Gempa Turki

Terapis Spa Asal Klungkung Jadi Korban Gempa di Turki, Supini Video Call Anak Sebelum Musibah

Wayan Supini jadi korban gempa Turki, Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal lantas menyampaikan langsung kabar duka kepada keluarga

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
I Nyoman Ranten saat menunjukan foto sang istri, Ni Wayan Supini semasa hidup, Minggu 19 Februari 2023. Wayan Supini merupakan seorang PMI yang meninggal dunia akibat gempa bumi di Turki. 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA – Jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang jadi korban meninggal dunia akibat gempa bumi di Turki bertambah, yakni jadi empat orang, dari sebelumnya dua orang.

Dua korban terbaru yang berhasil diidentifikasi adalah Irma Lestari asal Lombok Provinsi NTB, dan Ni Wayan Supini (44) asal Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali.

Irma Lestari dan Ni Wayan Supini merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai terapis spa profesional di Diyarbakir, salah-satu wilayah di Turki yang terdampak parah gempa.

Apartemen tempat Irma dan Ni Wayan Supini tinggal, yakni Galeria Residence, hancur total akibat digoyang gempa. Total terdapat 89 korban meninggal di apartemen tersebut.

Baca juga: PMI Asal Klungkung, Wayan Supini Jadi Korban Gempa Turki, Keluarga Sempat Dapat Firasat Buruk

Menurut suami almarhumah Ni Wayan Supini, yakni I Nyoman Ranten (50), istrinya berangkat ke Turki sebagai terapis spa pada bulan Juli 2022.

"Terakhir saya komunikasi dengan istri saya pada tanggal 5 Februari 2023 lalu atau sehari sebelum terjadinya musibah gempa bumi," ujar I Nyoman Ranten saat ditemui di kediamannya, Minggu 19 Februari 2023.

Dalam komunikasi secara video call itu, I Nyoman Ranten menanyakan kabar istrinya. Namun, keduanya tidak sempat berbincang lama.

"Saat komunikasi dengan saya tidak lama, karena anak-anak yang minta giliran bicara dengan ibunya. Biasa mereka kangen ibunya," ungkap Ranten.

"Selama bekerja di Turki, saya dan istri sering komunikasi," ungkap Nyoman Ranten.

Nyoman Ranten tidak menyangka, komunikasi melalui video call pada Minggu 5 Februari 2023 lalu, menjadi komunikasi terakhirnya dengan sang istri.

Menurut Ranten, tidak banyak hal yang dibicarakannya ketika berkomunikasi dengan sang istri, hanya sebatas menanyakan kabar.

“Anak-anak yang minta saya untuk hubungi ibunya. Saya sempat bertanya kabar ke istri, tapi keburu handphone direbut anak yang mau bicara. Mereka saat itu kangen-kangenan sama ibunya,"ungkap Ranten.

Sehari setelah itu, Ranten mendapat kabar dari kerabatnya bahwa telah terjadi gempa bumi dasyat di Turki.

I Nyoman Ranten kemudian berusaha berkali-kali menghubungi istrinya, namun tidak kunjung berhasil.

"Saya hubungi terus lewat telepon WhatsApp (WA) dan massenger, tetap tidak berhasil," ungkap Ranten.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved