Berita Bali

BTB Minta Imigrasi Tindak Tegas WNA Rusia dan Ukraina Kerja Ilegal di Bali 

Harapan membuka visa on arrival di Bali agar wisman Rusia dan Ukraina berwisata ke Bali justru membuat mereka datang untuk bekerja secara ilegal.

Dok.GIPI Bali
Ketua Bali Tourism Board, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Ida Bagus Agung Partha Adnyana 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Harapan membuka visa on arrival di Bali agar wisatawan mancanegara (wisman) Rusia dan Ukraina berwisata ke Bali justru membuat mereka datang untuk bekerja secara ilegal di Bali.

Isu ini pun sudah beredar sejak Perang Dunia antar Rusia dan Ukraina tak kunjung usai. 


“Pertama, harapan kita kan dengan membuka visa on arrival kemarin itu kan biar ada wisatawan Rusia dan Ukraina datang. Tapi pada kenyataannya memang banyak disalahgunakan. Melihat isu-isu yang beredar terakhirlah seperti itu,” kata, Ketua Bali Tourism Board, Ida Bagus Agung Partha Adnyana ketika dikonfirmasi pada, Jumat 24 Februari 2023. 

Baca juga: Kuliner Bali, Kemasan Falala Chocolate Edisi Valentine Jadi Incaran Anak Muda dan Wisatawan di Bali


Menurutnya banyak WNA Rusia dan Ukraina menyalahgunakan visa tinggalnya di Bali hanya bisa dicegah di bagian Imigrasi.

Ia meminta agar pihak Imigrasi melakukan upaya preventif untuk mencegah hal ini terjadi di Bali. 

Tentunya tidak masalah jika dilakukan filter lagi untuk wisman yang datang. Contohnya melakukan pencabutan pada visa on arrival (VOA) mereka.

Selain itu, ketika WNA Rusia dan Ukraina saat datang ke Indonesia itu harus daftar terlebih dahulu.

Baca juga: Harapkan Menjadi Destinasi Yang Di Sukai Wisatawan, Samigita Akan Rutin di Lakukan Pembersihan


“Paling tidak yang datang itu harus benar-benar holiday, menunjukkan hotel di mana dia menginap nanti dan lain sebagainya. Kalau dia ke sini bekerja, ya ngapain. Kalau dia memang mau bekerja, ya pakai visa yang 10 tahun,” imbuhnya. 


Menurutnya, masing-masing Negara memang memiliki karakter, dan sudah saatnya Bali mulai mengatur lagi supaya kebijakan Pemerintah itu tidak salah.

Karena mereka bekerja di Bali secara ilegal, pastinya mereka mencari tempat-tempat yang pure akses internet dan bagus. Dari pengamatannya mereka banyak yang tinggal di daerah Canggu, Ubud dan Sanur juga. 

Baca juga: 60 UMKM Denpasar Ikut Kurasi Sambut Wisatawan Tiongkok, Kerajinan dan Oleh-Oleh Paling Dicari


“Kalau mereka pakai second home visa ya tidak apa-apa, sekalian saja mereka kan ada jaminan juga untuk ditaruh di sini. Kalau memang minat mereka bekerja ya sesuaikan dengan persyaratan. Kita saja nggak gampang kok untuk (kerja) di tempat mereka. Mereka jangan sampai enak-enak saja di sini,” sambungnya. 


Ketika di konteks pariwisata, orang yang benar-benar datang ke Bali, diharapkan orang yang benar-benar berwisata. Bukan mengambil porsi orang lokal.

Baca juga: Kini Wisatawan Mancanegara Tak Bisa Gunakan Hp dari Negaranya Untuk Internetan

"Lama-lama kalau dibiarkan mereka bisa jualan UMKM, bisa menjadi sopir. Dan karena Negara mereka keras pastinya mereka lebih ulet daripada warga lokal, kenyataannya itu. Kita bisa lewat."


“Kebanyakan mereka bekerja sebagai konsultan untuk hotel untuk mereka sendiri, konsultan marketing untuk mereka sendiri. Ini untuk mereka sendiri lho ya. Ini karena orang Rusia sendiri, jadi mereka jadi konsultan untuk mereka sendiri,” paparnya. 


Bukan hanya tour guide saja, mereka bisa bekerja selaku digital nomad di Bali mereka bukan turis. Banyak orang Rusia datang ke Bali.

Baca juga: Kini Wisatawan Mancanegara Tak Bisa Gunakan Hp dari Negaranya Untuk Internetan

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved