Berita Bali
Seni Calonarang Dianggap Unjuk Seni Kekebalan Orang-Orang Sakti, MKB Bali Gelar FGD Tentukan Rumusan
Awalnya seni pertunjukan Calonarang merupakan ilmu hitam simbolis, kini menjadi pertunjukan seni kekebalan yang sedikit vulgar (show off “orang-orang
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Perubahan Calonarang melalui pembaharuan dan pembauran bentuk berakibat pada pembauran identitas Calonarang.
Dominasi Calonarang mondres telah menurunkan keagungan dramatari calonarang yang cenderung menjadi seni sekuler menghibur.
Dominasi demonstrasi kekebalan pada semua jenis pertunjukan Calonarang menimbulkan benturan antara atraksi teatrikal simbolis dengan aksi-aksi realis.
Nah, untuk mensinergikan antara kreativitas dengan religiusitas menjadi sangat penting artinya bebas berkreativitas tanpa kehilangan pakem sebagai sumber nilai.
Etika nebek (menikam) rangda di “terajang” mesti ditabukan karena tempat ketinggian titi gangsa tersebut sebagi simbol Gunung Kailasa.
Rangda boleh ditikam ketika turun ke pertiwi dan itupun sudah didahului dengan pengruwakan seperti menebang pohon papaya dan sebagainya.
“Seniman, pemangku kepentingan (stakeholders) mesti memiliki kesadaran terhadap idealisme keluhuran seni Calonarang agar seni tetap bertaksu, dan tidak larut dalam selera pasar dan godaan kepentingan material,” tandas Komang Sudirga.
Salah satu narasumber Komang Indrawan (Mang Gases) menekankan seni pertunjukan Calonarang perlu bagaimana tata kelola penyajian yang benar.
“Seperti apa pepeson, pengawak, pengecet, pemegat, klasik atau modern. Kita harapkan si pelaku, penonton, penyelenggara, prajuru, pemegang kebijakan, apabila terjadi penistaan budaya atau agama siapa yang bertindak, jadi PHDI, MKB, MDA harus bersinergi,” tegasnya. (*)
Berita lainnya di Calonarang
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.