Berita Bali

Ketua PHRI Badung Sebut Banyak WNA di Bali Tinggal di Guest House Tapi Ingin Service Bintang Lima

Ketua PHRI Badung sebut banyak WNA di Bali tinggal di Guest House tapi ingin service bintang lima.

Istimewa
Ketua PHRI Badung, Rai Suryawijaya - Ketua PHRI Badung sebut banyak WNA di Bali tinggal di Guest House tapi ingin service bintang lima. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Karena  untuk menikmati keindahan Bali tak cukup sehari saja, banyak wisatawan mancanegara (wisman) yang tinggal di Bali dengan waktu yang cukup lama.

Hal ini menyebabkan mereka banyak yang tinggal di homestay yang ada disekitaran tempat pariwisata di Bali.

Ketua PHRI Kabupaten Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya ketika ditemui di Dinas Pariwisata mengatakan jumlah Wisman yang meningap di Homestay saat ini meningkat jika dibandingkan di Hotel. 

“Mereka kan izinnya ada yang tinggal cukup lama, sehingga mereka kan ingin menghemat, mereka tinggal di guest house. Nah mereka jangan sampai bayarnya guest house, inginnya service bintang lima, nggak bisa dong. Jadi it’s not fair ya bagi kita,“ katanya pada, Selasa 7 Maret 2023 kemarin. 

Lebih lanjutnya ia mengatakan terbuka saja kalau memang wisawatan yang ‘berduit’ silahkan tinggal di Hotel.

Dan untuk yang tinggal di Guest House mereka harus bisa menerima dan beradaptasi dengan lingkungan di Guest House.

Mengenai petisi suara berkokok ayam, Rai mengatakan ini memang pertama kalinya ada di Bali

“Jadi itu kan, kalau ayam berkokok kan alami ya, kalau ayam menggonggong baru tidak. Jadi ini tidak perlu dikhawatirkan, ini ketika pariwisata Bali itu menggeliat, jadi tentu ada permasalahan-permasalahan yang kita hadapi. Kita harus sikapi secara baik dan bijaksana, maka dari itulah kita harus betul ekstra berhati-hati dalam hal ini,” imbuhnya. 

Baca juga: Dispar Bali Panggil Pemilik Ayam Yang Dikomplin, Ternyata WNA Tak Punya Uang Untuk Nginap di Hotel

Dengan dibentuknya Satgas Pariwisata Provinsi Bali, diharapkan seluruh insan pariwisata di Bali dapat menangani secara sekalian dan mengeluruh terkait permasalahan di Bali.

Ini juga sering disebut tourism disease, atau penyakit dari pada pariwisata, jadi tidak mungkin Bali akan zero problem, atau zero crime, karena hal itu dimana-mana ada. 

“Saya hampir kunjungi banyak negara-negara besar ya jadi Eropa, Amerika, Australia, Asia Pasific semuanya, tentu ada masalah juga, ada jambret, pengemis, kriminal itu pasti terjadi dan keluhan-keluhan itu pasti ada,” tutupnya. (*) 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved