Berita Buleleng
Dispar Tata SOP Wisata Nonton Lumba-Lumba di Lovina
Dinas Pariwisata Buleleng akan menata Standar Operasional Prosedur (SOP) wisata nonton lumba-lumba di Pantai Lovina
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Sebagai salah satu destinasi unggulan di Buleleng, Dinas Pariwisata Buleleng akan menata Standar Operasional Prosedur (SOP) wisata nonton lumba-lumba di Pantai Lovina, Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Penataan salah satunya dilakukan agar tidak terjadi perang tarif antara pemandu wisata, serta menjaga kelestarian hewan mamalia tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara ditemui Kamis (16/3) mengatakan, setelah hari raya Nyepi pihaknya berencana akan mengadakan pertemuan dengan para pemandu wisata di Pantai Lovina.
Pertemuan ini akan membahas tentang pembentukan paguyuban, serta menentukan kesepakatan tarif wisata menonton lumba-lumba di Pantai Lovina.
Dody menyebut selama ini memang sering terjadi perang tarif antar pemandu.
Ada yang membanderol dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per orang.
Perang tarif terjadi akibat persaingan untuk menarik minat wisatawan.
Selain itu biaya transportasi yang dihabiskan juga tidak menentu, tergantung posisi dari lumba-lumba berada.
"Kadang lumba-lumbanya ada di sekitar perairan Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak. Jadi biaya bensinnya lebih besar. Kami sempat berkomunikasi dengan para pemandu disana, tarif idealnya Rp 75 ribu itu sudah kategori layak. Tidak terlalu mahal, dan tidak terlalu murah. Nanti akan disepakati dalam pertemuan," jelasnya.
Selain mengatur tarif, Dody menyebut pihaknya juga akan memberikan materi kepada para pemandu agar memiliki standar pengetahuan.
Sehingga para pemandu tidak hanya sekedar mengantarkan wisatawan melihat lumba-lumba, namun juga bisa memberikan informasi terkait sejarah, hingga jenis lumba-lumba yang ada di Pantai Lovina.
Perahu yang digunakan untuk mengantarkan para wisatawan juga akan diatur, seperti harus mengantongi izin layak jalan, memiliki peralatan keselamatan seperti lampu, peluit, hingga life jacket sesuai dengan jumlah penumpang.
Seluruh pemandu juga wajib mematikan mesin perahu saat berada di jarak 25 meter dari lumba-lumba, dan dilarang memotong arus pergerakan lumba-lumba.
"Jadi atraksi wisata lumba-lumba ini harus memperhatikan prinsip kelestarian biota laut seperti lumba-lumba termasuk terumbu karang yang ada di Pantai Lovina," jelasnya.
Ditambahkan Dody, pihaknya berencana akan membuat aplikasi khusus pemesanan wisata nonton lumba-lumba di Pantai Lovina.
Aplikasi tersebut nantinya akan menentukan pemandu siapa yang akan mengantarkan wisatawan untuk menonton lumba-lumba.
"Nanti servernya yang akan mengarahkan, tamu ini dihandle oleh siapa. Seperti Grab atau Gojek lah, nanti di perahu pemandunya akan ada GPS yang bisa melihat titik lokasi mereka," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.