Piala Dunia U20

Polemik Piala Dunia U-20 di Pusaran Pilpres 2024, Elektabilitas Ganjar Pranowo Diprediksi Merosot

Elektabilitas Ganjar Pranowo diprediksi akan turun, buntut batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.

KOMPAS.com/ KRISTIANTO PURNOMO
Elektabilitas Terancam - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir saat perayaan HUT ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Elektabilitas Ganjar terancam turun buntut batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. 

Masyarakat marah karena Ganjar Pranowo menjadi salah satu tokoh yang turut andil dalam batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia," tukas Ujang.

Elektabilitas Terancam - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir saat perayaan HUT ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Elektabilitas Ganjar terancam turun buntut batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Elektabilitas Terancam - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir saat perayaan HUT ke-50 PDIP di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Elektabilitas Ganjar terancam turun buntut batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. (KOMPAS.com/ KRISTIANTO PURNOMO)

Sebelumnya, Ketua umum PSSI, Erick Thohir, menyatakan sudah berjuang semaksimal mungkin saat bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino di Doha, Qatar, Rabu (29/3) agar penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tetap berjalan di tanah air.

Namun, posisi Indonesia yang menjadi salah satu anggotanya, menurut Erick Thohir harus tunduk pada kewenangan dan keputusan yang diberikan FIFA, yang membatalkan ajang sepak bola nomor dua bergengsi itu di Indonesia.

"Saya sudah berjuang maksimal. Setelah menyampaikan surat dari Presiden Jokowi, dan berbicara panjang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, kita harus menerima keputusan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu," ujar Erick Thohir dari Doha, Qatar.

Ia menambahkan, keputusan yang merupakan kewenangan FIFA sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia dengan 211 anggota dari berbagai belahan dunia, tidak bisa ditolak lagi.

"Indonesia adalah salah satu anggota FIFA, sehingga untuk urusan sepakbola internasional, kita harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan,” kata Erick Thohir.

“Meskipun saya tadi sudah menyampaikan segala hal kepada Gianni, apa yang dititipkan Presiden Jokowi, pecinta sepak bola, anak-anak timnas U-20, dan juga supporter setia sepak bola, tapi karena kita anggotanya dan FIFA menilai situasi saat ini tidak bisa dilanjutkan penyelenggaraannya, maka kita harus tunduk," lanjut Erick Thohir.

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), mengatakan bahwa pembagian grup atau drawing Piala Dunia U-20 telah dibatalkan oleh FIFA.

Kabar tersebut tersiar lewat Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, ketika memberikan kabar terbaru soal drawing Piala Dunia U-20 yang seharusnya berlangsung 31 Maret 2023 mendatang di Bali.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), mengatakan bahwa pembagian grup atau drawing Piala Dunia U-20 telah dibatalkan oleh FIFA. Kabar tersebut tersiar lewat Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, ketika memberikan kabar terbaru soal drawing Piala Dunia U-20 yang seharusnya berlangsung 31 Maret 2023 mendatang di Bali. (Istimewa)

Pendapat Berbeda, Memori Kolektif Masyarakat Pendek

PENDAPAT berbeda datang dari Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno.

Ia mengatakan bahwa pernyataan Ganjar Pranowo tolak Timnas Israel U-20 tidak akan berdampak pada elektabilitas. Menurut Adi, perlu ada data statistik dari lembaga survei untuk mengetahui dampak dari pernyataan tersebut.

"Tentu saya tidak mau berspekulasi harus ada data-data statistik seperti survei yang mesti dilakukan, untuk melihat apakah setelah pernyataan Ganjar Pranowo soal Timnas Israel akan berdampak pada elektabilitasnya," kata Adi kepada Tribunnews.com, Kamis (30/3).

Adi melanjutkan, tetapi kalau dibaca rata-rata secara umum memori kolektif masyarakat itu pendek.

"Dulu kita ingat persis sekitar tahun 2000-an banyak demo di kalangan aktivis untuk membubarkan Golkar karena dianggap sebagai biang kerok dari orde baru yang otoriter," katanya.

"Tapi nyatanya Golkar itu keluar sebagai pemenang Pemilu legislatif 2004. Orang-orang lupa dengan demo-demo yang ingin Golkar bubar," lanjut Adi.

Kemudian Adi mencontohkan waktu Pemilu 2014 atau 2019 misalnya, PDIP itu dikonotasikan sebagai partai politik yang berjarak dengan umat. Seakan-akan tidak ramah terhadap umat Islam.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved