Berita Buleleng

Palinggih Pura Puncak Cemara Geseng Rusak, Diduga Ulah Oknum Incar Akah Pedagingan

Diduga hal ini dilakukan oleh seorang oknum yang ingin mengincar, akah pedagingan atau logam mulia yang ditanam sebagai sarana upakara.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Istimewa
Tangkapan layar video sejumlah pelinggih Pura Puncak Cemara Geseng rusak diduga ulah seorang oknum yang mengincar akah pedagingan. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Sejumlah palinggih di Pura Puncak Cemara Geseng, ditemukan dalam keadaan rusak.

Diduga hal ini dilakukan oleh seorang oknum yang ingin mengincar, akah pedagingan atau logam mulia yang ditanam sebagai sarana upakara saat pembangunan palinggih.

Kelihan Banjar Adat Buah Banjah Desa Lemukih, Ketut Arsana, pada Rabu (12/4/2023) mengatakan, pura yang terletak di perbatasan tiga desa yakni Sudaji Kecamatan Sawan, Silangjana Kecamatan Sukasada, dan Lemukih Kecamatan Sawan, itu diketahui dalam keadaan rusak bagian pondasinya pada 25 Maret lalu.

Pihaknya pun menduga, dari perusakan ini ada beberapa benda berharga yang sebelumnya ditanam di bagian bawah palinggih hilang dicuri oleh seorang oknum.

Baca juga: Jenazah di Pantai Jerman Laki-Laki, Ini Update Hasil Pemeriksaan Kedokteran Forensik RSUP Sanglah

Baca juga: Arus Mudik Belum Terlihat di Terminal Mengwi Bali, Jumlah Penumpang Keluar 400-500 Orang Per Hari

Tangkapan layar video sejumlah pelinggih Pura Puncak Cemara Geseng rusak diduga ulah seorang oknum yang mengincar akah pedagingan.
Tangkapan layar video sejumlah pelinggih Pura Puncak Cemara Geseng rusak diduga ulah seorang oknum yang mengincar akah pedagingan. (Istimewa)

"Kemungkinan yang dicari akah pedagingan, seperti ada seperti pis bolong yang dipendem (dikubur) di bawah palinggih itu saat pembangunan.

Pangempon pura ini adalah warga dari Desa Sudaji, Silangjana dan Lemukih. Awalnya yang saya terbongkar adalah palinggihnya Desa Lemukih. Kemudian saya keliling pura, ternyata palinggih lain juga sudah terbongkar bagian bawahnya," terangnya.

Ketut Arsana pun mengaku, sempat memvideokan temuannya ini, namun baru viral di sosial media Facebook pada Rabu (12/4/2023).

Ia memperkirakan perusakan ini terjadi pada Maret lalu. "Tiga atau empat hari setelah Nyepi saya sempat tangkil, belum ada yang rusak.

Kemungkinan perusakannya terjadi setelah itu. Untuk ke pura itu memang cukup jauh, jalan kaki dari Lemukih sekitar dua jam," terangnya.

Atas adanya kejadian ini, prajuru adat dari tiga desa tersebut sempat beberapa kali menggelar pertemuan.

Hingga ditemukan tiga kesepakatan, diantaranya menggelar upacara pembersihan, menghitung jumlah kerugian dengan nilai mencapai Rp 300 juta, serta akan melaporkan kejadian ini ke Polres Buleleng.

"Upacara pembersihannya sudah dilakukan. Untuk laporan ke polres ini belum terlaksana. Rencananya akan kami lakukan Jumat (14/4/2023)," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved