Berita Bali
Visa On Arrival Dipermudah Diduga Jadi Alasan Banyak Turis Berulah di Bali
Kembali ditemukan kasus turis berbuat nakal di Bali khususnya berasal dari Rusia dan Ukraina.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kembali ditemukan kasus turis berbuat nakal di Bali khususnya berasal dari Rusia dan Ukraina.
Terbaru, ditemukan kasus turis Rusia yang berpose bugil di pohon kayu putih yang bersebelahan dengan Pura Babakan di Desa Adat Bayan, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali.
Untungnya, pihak terkait berhasil menemukan identitas turis tersebut dan segera melakukan deportasi.
Menanggapi beragam aksi nyeleneh turis tersebut, salah seorang pengusaha senior di Bali, Panudiana Kuhn, menyarankan agar pemerintah maupun pihak terkait, agar mempelajari mengapa turis-turis tersebut cenderung berlaku nakal di Bali.
Padahal menurut dia, di negaranya sendiri, para turis itu tidak berani berbuat onar.
Karenanya, ia pula meminta agar pemerintah dan pemangku kebijakan dapat mengambil tindakan tegas.
“Orang-orang bule di negaranya tidak berani begitu, kecuali perampok yang ke sini, (kita) tidak tahu itu, karena visa on arrival (VOA). VOA itu kita tidak ngecek dari negaranya, baru datang kita kasih visa tujuan itu apa, itu memperbanyak turis yang datang, mempermudah turis yang datang. Kalau visa biasa ajukan dulu ke dubes kita, konsulat kita, dicek; punya uangkah, punya apakah, tiket PP, dan lain-lain,” katanya pada, Rabu 19 April 2023.
Menurut dia, VOA dipermudah karena pemerintah ingin mencari turis sebanyak-banyaknya. Dikatakannya, sekitar tahun 2014-2019 VOA juga pernah diberlakukan bahkan free of charge, sehingga kualitas turis yang datang cenderung ‘resek-resek’.
“Kita kan mempermudah-mempermudah, tapi tidak di-backup dengan hukum yang tegas. Sekarang ada lagi second home visa dengan deposito Rp 2 miliar dapat 5 tahun,” kata pria yang juga berkecimpung di sektor pariwisata ini.
Baca juga: Puncak Arus Mudik Dimulai Dinihari, Pelabuhan Gilimanuk Padat, Antrean Hingga Hutan Cekik Jembrana
Disinggung apakah baik VOA maupun second home visa merupakan strategi yang tepat, pria yang menjabat sebagai Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Bali ini mengatakan bahwa strategi sebetulnya bisa berubah-ubah, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
“Kalau negara maju tidak begitu-begitu. Kalau mau mencari permanen resident itu ada jaminan 5 juta dollar seperti di Australia itu kan susah,” ucapnya.
Pihaknya pun mengakui, semakin banyak turis yang datang ke Bali, semakin tinggi potensi turis bertingkah tidak baik di Bali. Namun ia menilai, hal tersebut sudah biasa.
Tetapi jika pemerintah bisa tegas, maka masalah tersebut tidak akan menjadi besar.
“Bertingkah, disikat, dipulangkan tidak masalah. Jangan mau disogok. Apapun salahnya. Kita cari tamu yang bawa duit untuk berlibur, bukan cari yang mau merampok di Bali. Yang salah ditindak, tapi masih banyak yang baik, paling berapa persen,” tuturnya.
Pihaknya pun menyarankan agar VOA untuk dua negara tersebut jangan sampai dicabut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.