Berita Bali

Distan Pastikan Peternak Babi di Bali Sudah Ikuti SOP Agar Terhindar Meningitis Streptococus Suis

Sementara itu, SOP dari beternak babi dijelaskan Sunada seperti yakni membersihkan kandang babi setiap hari sehingga kotoran babi tidak lama ada.

istimewa
Ilustrasi lawar Babi - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, angkat bicara ketika dikonfirmasi mengenai Meningitis Streptococus Suis (MSS), yang disebabkan dari mengonsumsi daging babi mentah, yang diolah menjadi kuliner khas Bali yakni lawar plek. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, mengatakan menurut pemantauannya, para peternak babi di Bali sudah memelihara babi sesuai dengan SOP. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, angkat bicara ketika dikonfirmasi mengenai Meningitis Streptococus Suis (MSS), yang disebabkan dari mengonsumsi daging babi mentah, yang diolah menjadi kuliner khas Bali yakni lawar plek.

Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, mengatakan menurut pemantauannya, para peternak babi di Bali sudah memelihara babi sesuai dengan SOP.

“Masalahnya hanya memasaknya tidak benar sebetulnya peternak kita tidak ada masalah. Daging yang dipake lawar plek bisa saja daging yang sudah beberapa hari dipotong, dan bisa jadi itu daging yang tidak segar dan sudah dimasuki bakteri,” jelasnya pada, Kamis 27 April 2023.

Sementara itu, SOP dari beternak babi dijelaskan Sunada seperti yakni membersihkan kandang babi setiap hari sehingga kotoran babi tidak lama ada di kandang.

Untuk babi yang sakit tidak boleh dipotong terlebih babi, yang memiliki luka membusuk.

Sementara untuk makanannya, terdapat pakan babi instan yang bentuknya butiran namun memang tidak organik.

Baca juga: Bangli Belum Ditemukan Kasus Suspek Meningitis

Baca juga: Lawar Plek Telah Lama Dikonsumsi, Kenapa Baru Ditemukan Meningitis di Bali? Berikut Penjelasannya

Ilustrasi lawar plek - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, angkat bicara ketika dikonfirmasi mengenai Meningitis Streptococus Suis (MSS), yang disebabkan dari mengonsumsi daging babi mentah, yang diolah menjadi kuliner khas Bali yakni lawar plek.

Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, mengatakan menurut pemantauannya, para peternak babi di Bali sudah memelihara babi sesuai dengan SOP.
Ilustrasi lawar plek - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, angkat bicara ketika dikonfirmasi mengenai Meningitis Streptococus Suis (MSS), yang disebabkan dari mengonsumsi daging babi mentah, yang diolah menjadi kuliner khas Bali yakni lawar plek. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, mengatakan menurut pemantauannya, para peternak babi di Bali sudah memelihara babi sesuai dengan SOP. (Tribun Travel)

 

“Kalau yang bagus makanannya namanya dag-dag dari gedebong, daun pepaya dan umbi-umbian,” imbuhnya.

“Kita sudah melakukan cara memelihara babi yang benar kita dan GUPBI itu, kita libatkan untuk memantau pemeliharaan babi yang benar. Kalau pemantauan kita kalau dilihat kita tidak tahu asal daging babinya, darimana dagangnya beli di sembarang tempat bukan di satu tempat. Kalau peternak kita pantau ada SOP,” terangnya.

Pengawasan terhadap peternak babi ini dikatakan Sunada, rutin dilakukan dengan melibatkan GUPBI.

Menurutnya, sumber penyakit MSS ini memang inangnya dari babi, namun penyakit ini tidak hanya ada di Bali saja, tapi juga di seluruh Indonesia.

MSS sendiri merupakan penyakit Zoonosis yakni dari hewan menularkan bakteri ke manusia.

Maka dari itu Sunada mengatakan untuk membiasakan diri agar tetap menjaga pola hidup sehat.

Sementara mengenai kasus meningitis di Gianyar, Sunada mengatakan pastinya ia tidak mengetahui daging mentah itu terkena bakteri atau babi yang dipotong itu berasal darimana.

“Jadi itulah sebabnya masyarakat kita karena sudah biasa makan lawar plek semuanya mentah, tidak menutup kemungkinan daging tersebut sudah ada bakteri yang disebut Streptococus Suis apalagi babi itu kalau ada luka borok itu jangan dipotong. Sudah ada bakteri disitu,” tutupnya. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved