Berita Buleleng
Kuburan Massal 600 Ekor Babi di Buleleng, Kematian di Perusahan Ternak Sejak April Lalu
Made Suparma mengatakan, berdasarkan laporan dari pemerintah desa, ada 600 ekor babi milik perusahaan itu yang mati
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Namun setelah dicek, babi tersebut mati karena diare.
Atas adanya kejadian ini, Suparma mengimbau kepada masyarakat dan peternak babi untuk menjaga kebersihan kandang, seperti melakukan penyemprotan desinfektan.
Ia menyarankan agar tidak membeli babi dari luar untuk sementara.
"Ini musim pancaroba jadi perhatikan sanitasi kandang, disemprot dengan desinfektan, sisa makanan juga dibersihkan karena itu bisa menimbulkan jamur. Kalau bisa jangan beli babi dari daerah luar dulu," tandasnya.
Beberapa tahun lalu, banyak babi di Bali mati karena virus. Meski belum ada pernyataan resmi dari otoritas terkait jenis virus, namun kuat dugaan terkena African Swine Fever (ASF).
Virus ini menyerang babi dari semua ras dan semua umur.
Penyakit ini dinamai demam Afrika karena pertama kali terjadi di Kenya, Afrika Timur pada tahun 1921. (rtu)
Dapat Bocoran dari Pekerja
Perbekel Desa Bila, Ketut Citarja Yudiarda mengatakan, babi di perusahaan itu mati secara bertahap.
Ia menduga jumlahnya mencapai ribuan.
Laporan ini ia dapat dari pekerja di perusahaan itu, bukan dari manajemen.
Yudiarda mengimbau perusahaan mengkaji ulang tata kelola limbah.
Kematian babi dalam jumlah banyak juga sempat menimpa perusahaan ini pada 2020 lalu.
"Boleh dikata semua babi di perusahaan itu mati. Menurut kami tata cara memasukkan bibitnya kurang pas, bibit mungkin dibeli dari daerah lain sehingga cepat menular ke babi yang lain. Kami minta juga kepada perusahaan agar setiap ada kejadian agar diinformasikan ke kami supaya cepat diantisipasi. Kami tidak tahu apakah ini karena virus ASF atau karena apa," tandasnya. (rtu)
Kumpulan Artikel Buleleng
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.