Berita Buleleng

Antisipasi Meningitis Babi, RSUD Buleleng Siapkan Ruang Perawatan hingga Dokter

Mengantisipasi adanya kasus meningitis babi atau Streptococus Suis (MSS), RSUD Buleleng mulai menyiapkan ruang perawatan, obat hingga sejumlah dokter.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Gedung RSUD Buleleng 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Mengantisipasi adanya kasus meningitis babi atau Streptococus Suis (MSS), RSUD Buleleng mulai menyiapkan ruang perawatan, obat hingga sejumlah dokter.

Selain itu masyarakat juga diimbau untuk tidak mengonsumsi daging babi mentah. 


Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha dikonfirmasi Minggu (30/4) mengatakan, sejauh ini kasus meningitis babi masih nihil.

Baca juga: Pemuda Banyuning Buleleng Gelar Mecolek-Colekan Adeng, Berjalan Sejauh 3 Km untuk Dibersihkan

Kendati demikian, pihaknya telah melakukan antisipasi apabila ada pasien dengan gejala mengarah pada meningitis babi.

Seperti menyiapkan ruang rawat inap dengan kapasitas 12 bed di ruang Sandat, obat-obatan hingga belasan SDM yang terdiri dari tiga orang dokter ahli saraf, serta 12 orang tenaga kesehatan terlatih. 


"Kami punya ruang rawat inap kasus saraf dan stroke yang bisa digunakan apabila ada pasien yang mengarah pada meningitis babi. Untuk pasien dari kasus meningitis semua sebab ada, tapi kalau khusus meningitis babi masih nihil," terangnya. 

Baca juga: Kasus Pengguna Tinggi, DPRD Buleleng Usul Pembangunan Panti Rehab Narkoba


Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Buleleng, I Gede Artamawan menerangkan penyakit meningitis bukan penyakit baru.

Penyakit ini erat hubungannya dengan risiko mengonsumsi olahan daging yang tidak dimasak sempurna atau mentah, sehingga menginfeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang.

Baca juga: 155 Guru di Buleleng Lulus Jadi Guru Penggerak


Menurutnya penyakit yang dikategorikan sebagai zoonosis (penyakit yang langsung di tularkan oleh hewan) ini memiliki tingkat kematian sekitar 3 hingga10 persen, atau tidak sefatal dari virus rabies. Kendati tingkat kematiannya  tergolong kecil, namun pasien yang terkena penyakit meningitis babi akan menyisakan gejala-gejala lanjutan, seperti gangguan pendengaran.


"Kondisi ini terjadi karena bakteri Streptococcus yang ditemukan pada olahan daging babi dan darah babi yang mentah. Bila ini di konsumsi, maka efek yang ditimbulkannyasetelah sembuh adalah gangguan saraf pendengaran," katanya. 

Baca juga: Kasus Pengguna Tinggi, DPRD Buleleng Usul Pembangunan Panti Rehab Narkoba


Dengan adanya penyebaran penyakit ini, pihaknya kata Artamawan saat ini gencar melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat untuk mengonsumsi daging babi sesuai standar, yakni dimasak pada suhu lebih dari 70 derajat celcius.


Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik dan takut untuk memelihara dan mengonsumsi daging babi, asalkan diolah dengan benar dan sesuai dengan ketentuan.

Baca juga: Tiga Siswa SD Mengaku Jadi Korban Percobaan Penculikan di Desa Banyuatis Buleleng

Sebab daging juga merupakan sumber protein yang baik untuk tumbuh kembang anak.

"Daging harus diolah dengan baik, sehingga penyakit dalam daging itu tidak ada dan kita juga bisa mendapatkan manfaatnya," tandasnya. (*)

 

 

Berita lainnya di Meningitis

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved