Berita Jembrana
11 Sapi Itu Mati Keracunan Makanan di Jembrana, Hasil Laboratorium Patologi BBVet Sudah Keluar
Kasus sapi mati mendadak di wilayah Jembrana, para peternak disarankan tetap waspada dan berhati-hati terhadap pola makan ternak
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Hasil Laboratorium Patologi BBVet terhadap sampel organ sapi mati mendadak di wilayah Jembrana, Bali sudah keluar.
Hasil lab menyatakan 11 sapi tersebut mati karena keracunan.
Atas hal ini, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana menekankan agar para peternak tetap waspada dan berhati-hati terhadap pola makan ternak.
Namun otoritas belum bisa memastikan karena keracunan apa.
Baca juga: Sapi Mendadak Mati di Jembrana Bali, Simak Alasannya Berikut Ini
Hasil pengujian laboratorium patologi menunjukkan sampel organ dalam sapi yang diteliti mulai dari hati, paru-paru, sel-sel hepatosit, ginjal hingga usus.
Final diagnosis, 11 sapi tersebut mati diduga akibat keracunan atau intoksikasi.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama mengatakan, dari hasil laboratorium terhadap sampel organ, sapi tersebut mati keracunan makanan.
"Penyebabnya diduga karena keracunan. Tapi untuk jenis racun belum diketahui," ungkapnya, Minggu 14 Mei 2023.
Dengan keluarnya hasil laboratorium tersebut, para peternak diminta waspada terkait pakan.
Peternak jangan sembarang memberikan pakan, terutama rumput yang dicari di lapangan.
Sebab tak diketahui rumput tersebut ada pestisida atau tidak.
Kematian mendadak belasan sapi di Banjar Sawe, Desa Batuagung, Kecamatan Mendoyo, terjadi pada bulan April hingga awal Mei ini.
Wayan Sutama mengatakan, gejala yang teramati di antaranya mulut berbusa dengan saliva sangat lengket.
Kemudian pada bagian rumen (lambung sapi) kembung, sapi roboh, gemetar dan mati.
Sutama menyarankan, saat mencari rumput agar dipastikan rumput tersebut tidak terkontaminasi bahan kimia.
Sebab kerap kali warga yang hendak membasmi rumput di kebun menggunakan bahan kimia.
"Kami harap peternak bisa lebih hati-hati saat memberikan pakan. Jangan sampai memberikan pakan khususnya rumput yang sebelumnya terkena bahan kimia karena bisa berbahaya pada pencernaan ternak. Karena situasi di lapangan kita tidak ketahui," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada mengimbau para peternak agar jangan memotong dan menjual daging hewan ternaknya yang mati misterius.
“Tidak bisa dong (daging hewan ternak yang mati misterius dijual). Kalau yang mati harus dikubur. Tidak bisa dipotong dan dijual. Kalau yang mati dagingnya tidak boleh dijual. Kalau daging babi dan sapi yang tidak tahu asal-usulnya saya harap agar tidak dijual lagi,” imbuhnya. (mpa)
Perketat Akses Masuk Kandang
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama meminta kepada peternak agar menjaga kebersihan kandang dengan biosekuriti yang baik.
Ia mengatakan, belakangan ini banyak muncul kasus kematian sapi karena serangan virus.
Sedangkan yang juga harus menjadi perhatian, jangan memberikan akses masuk ke kandang ternak sembarang orang.
"Kami imbau agar selalu jaga kebersihan, perhatikan pola makan dan jangan terlalu bebas memberikan akses untuk menuju kandang ternak kita," tandasnya. (mpa)
Kumpulan Artikel Jembrana
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.