Berita Badung
TPST Yang Dibanggakan Kabupaten Badung, Sampai Saat ini Tak Maksimal Oleh Sampah
TPST Yang Dibanggakan Kabupaten Badung, Sampai Saat ini Tak Maksimal Oleh Sampah
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Penanganan sampah di Kabupaten Badung sampai saat ini ternyata belum maksimal. Bahkan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang sebelumnya dibanggakan Kabupaten Badung ternyata pengolahan sampah jauh dari apa yang diharapkan.
Pengelolaan sampah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga itu pun tidak bisa mengolah sampah di Kabupaten Badung. Dua TPST yang sebelumnya dibanggakan itu yakni TPST Samptaku Jimbaran dan TPST Mengwitani yang dikerjasamakan dengan PT Riciki.
TPST Samtaku Jimbaran dalam perjanjian kerjasama mampu mengelola sampah sampai 100 ton per hari. Namun faktanya, hanya mampu melayani 20 ton per hari. Selain itu, keluhan bau busuk yang ditebar atas kegiatan itu juga tidak dapat dihindari sehingga menimbulkan protes warga.
Selain TPST Samtaku, TPST Mengwitani juga sama. Bahkan untuk di TPST Mengwitani, juga mampu mengolah 20 ton sampah dari 300 ton sampah yang dirancang setiap harinya.
Kondisi itu pun juga dibenarkan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3, Anak Agung Gede Agung Dalem, saat dikonfirmasi Kamis 8 Juni 2023 pihaknya mengaku TPST Samtaku belum bisa mengolah sampah sesuai yang dikerjasamakan
“TPST Samtaku dari 100 ton sampah per hari sesuai perjanjian, sekarang paling sekitar 20 ton saja per hari,” kata Agung Dalem.
Sementara itu, TPST Mengwitani yang digadang-gadang sebagai pengolahan sampah yang menghasilkan Refuse-derived Fuel (RDF) sebagai sumber energi baru yang dikerjakan PT Reciki Mantap Jaya (Remaja) juga belum berjalan maksimal. Diakui untuk TPST Mengwitani sesuai rencana akan mengelola sampah sebanyak 300 ton sehari.
Namun ternyata sekarang, paling banyak mampu mengolah sampah sebanyak 20 ton perhari
“Kondisi ini pun terus kita pantau dan kita evaluasi. Bahkan rekanan terus berbenah untuk bisa mengelola sampah yang lumayan banyak,” ucapnya
Hanya disadari, mesin pengolahan sampah tidak seperti mesin pengolahan material lainnya yang hanya pada satu bahan.
"Penyosohan gabah misalnya. dia kan hanya jadi satu jenis, homogen. Kalau ada masalah mudah diperbaiki. Tapi mesin sampah lain, dia mengelola berbagai jenis," katanya.
Ketika diminta jaminan, birokrat asal Klungkung itu pun mengaku pihak ketiga menunjukan keberhasilannya di luar daerah.
Meskipun keberhasilan itu berbeda dengan konsep yang di Badung dengan sistem RDF.
“Tapi ketika RDF tidak mampu secara maksimal tidaklah kita kejam. Dengan persoalan yang dihadapi tentu kita terus peringatkan. Tapi ketika kerjasama harusnya dia mampu mencapai sesuai komitmen,” jelasnya.
Meskipun faktanya belum berjalan sesuai perjanjian, lanjut Agung Dalem, pemerintah tidak ada dirugikan dari segi anggaran.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.