Berita Nasional

Ibu Muda Meninggal Memeluk Bayinya, 2 Balita Merangkul Dari Belakang, Budiati Berulangkali Dianiaya

Kematian seorang ibu muda di Pati, Jawa Tengah, atas nama Budiati (31) pekan lalu sempat diliputi misteri.

Tribunjateng.com/ Mazka Hauzan Naufal
TKP - Rumah kontrakan tempat Budiati ditemukan meninggal dipasangi garis polisi. 

TRIBUN-BALI.COM  - Kematian seorang ibu muda di Pati, Jawa Tengah, atas nama Budiati (31) pekan lalu sempat diliputi misteri.

Saat ditemukan, kondisinya sangat memilukan.

Budiati meninggal dunia, dalam kondisi memeluk bayinya yang belum genap satu bulan.

Sementara dua balitanya yang lain memeluknya dari belakang.

Tragisnya lagi, ketiganya dalam kondisi lemas karena sudah dua hari seperti itu dan makan seadanya hingga kematian sang ibu diketahui.

Budiati ditemukan meninggal dunia di dalam rumah kontrakannya, di Perumahan Griya Pesona II, Dukuh Ngipik RT 09 RW 03, Desa Kutoharjo, Kecamatan/ Kabupaten Pati, Rabu (14/6/2023) malam.

Polisi akhirnya menangkap Mashuri (45), sebagai tersangka kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang mengakibatkan Budiati meninggal dunia dengan penuh luka lebam.

Baca juga: Alami Kram, Pemedek Paruh Baya Dievakuasi Usai Sembahyang di Pura Puncak Mangu, Petang Badung Bali

Baca juga: Waspada Rabies Pada Anak

Aniaya Istri - Mashuri diamankan oleh petugas Polres Pati, Jumat (16/6). Mashuri diduga menganiaya istri sirinya hingga meninggal dalam kondisi memeluk bayi yang belum genap berusia satu bulan.
Aniaya Istri - Mashuri diamankan oleh petugas Polres Pati, Jumat (16/6). Mashuri diduga menganiaya istri sirinya hingga meninggal dalam kondisi memeluk bayi yang belum genap berusia satu bulan. (Istimewa)

Mengenakan kaus oranye, Mashuri menunduk saat digelandang polisi ke ruang interogasi Satreskrim Polresta Pati, Jumat (16/6). Mashuri yang kali pertama mengetahui istrinya meninggal dunia.

Saat itu dia baru pulang setelah beberapa hari bekerja di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Menurut keterangan tetangga, Mashuri memang biasanya hanya sepekan dua kali mengunjungi Budiati.

Saat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, Budiati sedang memeluk anak ketiganya yang masih bayi dan belum genap berusia satu bulan. Adapun anak pertama dan keduanya yang berusia 4 tahun dan 2 tahun memeluk Budiati dari belakang. Ketiga anak itu kondisinya lemas.

Bahkan si bungsu dehidrasi dan harus dilarikan ke rumah sakit. Melihat istrinya sudah tak bernyawa, Mashuri langsung keluar meminta tolong kepada warga. Kecurigaan timbul karena pada jasad Budiati ada bekas luka lebam di kepala. Belakangan, kecurigaan itu terbukti.

Budiati meninggal diduga akibat kekerasan sang suami. Kasat Reskrim Polresta Pati, Kompol Onkoseno G Sukahar mengatakan, dari hasil autopsi memang disimpulkan bahwa sebelum meninggal Budiati sempat menerima tindakan penganiayaan. Saat diinterogasi, Mashuri juga mengakui pernah memukuli istrinya. Hal itulah yang mendasari polisi menetapkan Mashuri sebagai tersangka.

"Dari hasil autopsi, ditemukan memar-memar di kepala korban yang pada akhirnya mengakibatkan korban meninggal dunia. Tapi itu tidak terjadi seketika. Itu akumulasi dari penganiayaan yang dilakukan suaminya. Terlebih karena korban kondisinya belum fit pasca melahirkan. Akhirnya dipicu luka lebam itu, korban meninggal dunia," kata Kompol Onkoseno, Jumat (16/6).

Dia menambahkan, Budiati yang dinikahi secara siri oleh Mashuri itu diduga sudah meninggal dunia sejak Selasa (13/6). "Suami korban mengakui melakukan pemukulan kepada istrinya pada Jumat sepekan sebelumnya. Tapi sebelum itu juga pernah melakukan penganiayaan karena sifatnya temperamental," ujar dia.

Penyebab penganiayaan, dipicu kecemburuan Mashuri. Menurut Kompol Onkoseno, Mashuri marah pada istrinya dan melakukan penganiayaan karena dipicu rasa cemburu. "Dia bilang, saat mau melihat HP (ponsel) istrinya, dia dilarang. Hal ini membuat pelaku mencurigai istrinya punya selingkuhan," kata dia. (tribun network)

TKP - Rumah kontrakan tempat Budiati ditemukan meninggal dipasangi garis polisi.
TKP - Rumah kontrakan tempat Budiati ditemukan meninggal dipasangi garis polisi. (Tribunjateng.com/ Mazka Hauzan Naufal)

Bayinya Nangis Terus Hingga Didobrak Pak RT
AYAH Budiati, Gunadi (61) mengatakan bahwa putrinya dipukuli oleh Mashuri pada Jumat (9/6). "Sabtu (10/6) itu saya mengunjungi cucu-cucu saya untuk memberi uang jajan. Saat itu anak saya menangis sambil matanya melirik suaminya. Dia menangis sambil tangannya menekan bagian tubuhnya yang sakit. Ternyata dia dipukuli pada Jumat," kata Gunadi.

Gunadi mengatakan, sebelum Budiati ditemukan telah meninggal, cucu-cucunya tidak mengetahui bahwa ibunya sudah tiada. "Jadi selama hampir dua hari dua malam mereka terlantar. Makan apa saja yang ada di kulkas. Begitu makanan di kulkas habis ya sudah," kata dia.

Ada cerita versi lain dari Gunadi terkait kematian putrinya itu. Menurut Gunadi, orang yang kali pertama mengetahui bahwa Budiati telah meninggal bukanlah Mashuri, melainkan Ketua RT setempat.

"Ketahuannya itu karena anak yang bayi nangis lama tidak diberi susu. Akhirnya Pak RT mendobrak pintu dan melihat anak saya sudah meninggal. Lalu Pak RT lapor polisi. Setelah Pak RT datang, baru suami anak saya (Mashuri) pura-pura datang dan bertanya-tanya apa yang terjadi dan teriak minta tolong. Dia juga takut waktu ada yang lapor polisi. Berarti kan dia punya kesalahan," jelas Gunadi.

Saat itu, menurut Gunadi, Mashuri tampak gelisah. Dia merokok satu-dua hisapan lalu rokoknya dibuang sebelum habis. Seperti itu berulang kali. Mashuri juga terus memegangi kepalanya. Dari situlah Gunadi menaruh curiga.

Terlebih, selama ini Gunadi tidak pernah mengikhlaskan anaknya dinikahi oleh Mashuri. Menurut Gunadi, Mashuri adalah menantu tidak sah. Sebab, putrinya hanya dinikahi secara siri. "Anak saya itu sebelumnya punya suami sah waktu masih kerja di Jakarta. Belum pernah cerai. Tapi saat pulang ke Kabupaten Pati, kenal Mashuri, dia selalu didesak untuk menceraikan suaminya," ucap dia.

Gunadi menyebut, tanpa seizin dirinya, Mashuri membawa kabur Budiati. "Begitu dapat surat merah (akta cerai) langsung dinikahi secara tidak resmi, nikah siri. Saya dibohongi katanya harus setuju karena anak saya sudah mengandung anak dari Mashuri," ungkap dia.

Menurut Gunadi, dia tidak merestui hubungan anaknya dengan Mashuri karena selama ini melihat Mashuri berwatak keras dan mudah marah. Dia juga punya kebiasaan buruk mabuk-mabukan dan berjudi. Gunadi berharap Mashuri bisa dihukum seberat-beratnya. "Saya ikhlas atas kepergian anak saya.

Saya doakan diterima di sisi Allah. Tapi jangan sampai anak saya mati konyol, nyawanya direndahkan. Karena itu pelaku harus dihukum seberat-beratnya. Kalau hukumannya ringan, saya berani membunuh (pelaku) dan rela dipenjara," tegas Gunadi. (tribun network)

Kondisi Berangsur Membaik

KONDISI bayi dan dua Balita Budiati diungkap pihak rumah sakit. Si bayi harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami dehidrasi. Usai dirawat beberapa hari di rumah sakit, kondisi bayi tersebut dikabarkan membaik.

"Berangsur-angsur lebih baik," ujar Wakil Direktur Pelayanan UPT RSUD RAA Soewondo Pati Ali Muslihin, Sabtu (17/6).

"CPAP-nya sudah dilepas. Sekarang tinggal diberikan O2, oksigen. Kejangnya sudah enggak," sambungnya. Ali berharap kondisi bayi tersebut bisa semakin membaik pada hari-hari ke depan.

Ayah Budiati, Gunadi menyebutkan, tiga cucunya tersebut sempat telantar selama dua hari. Selama telantar, dua cucunya yang berusia 4 dan 2 tahun makan makanan seadanya di kulkas. Gunadi menilai, dua bocah itu tak tahu bahwa ibunya sudah meninggal. Selepas ditemukan, anak berusia 4 tahun dan 2 tahun itu dirawat oleh Gunadi di rumahnya. (tribun network)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved