Sponsored Content
Fraksi-fraksi DPRD Bali Dukung Gagasan Visioner Gubernur Koster
kegigihan Gubernur Bali, Wayan Koster dalam mengabdikan dirinya kepada Pulau Bali, juga dinilai sebagai pemimpin yang totalitas
d) Pencemaran dan kerusakan pada sumber daya alam dan terganggu ekosistemnya, sehingga mengalami abrasi, erosi, banjir, penyakit, dan krisis air bersih serta krisis pangan;
e) Identitas sebagai “Nak Bali” mengalami pergeseran nilai-nilai adat dan budayanya yang dianutnya akibat lemahnya norma-norma, tradisi, ketahanan sikap mental dari pengaruh budaya asing;
f) Demografi yang jumlahnya semakin meningkat dan terjadinya migrasi yang tinggi, sehingga berimplikasi pada ancaman ketersediaan kebutuhan hidup dan ketersesakan ruang untuk tempat tinggal dan kegiatan usaha; dan
g) Tingkat fertilitas total penduduk lokal Bali rendah (kurang dari dua orang) dan cenderung menurun yang berimplikasi pada ancaman punahnya identitas nama orang Bali “I Nyoman” dan “I Ketut”, serta menurunya populasi orang Bali sebagai Pelaku Kebudayaan yang Adhiluhung. Jadi identitas nama orang Bali harus dilestarikan.
Dalam Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul Tahun 91, disebutkan bahwa kelahiran Anak pada Keluarga Bali ada 4 orang yang diberikan identitas yaitu: Anak Pertama (Wayan, Putu, Gede); Anak Kedua (Made, Kadek, Nengah); Anak Ketiga (Komang, Nyoman); dan Anak Keempat (Ketut).
Fraksi Gabungan Nasdem PSI Hanura DPRD Provinsi Bali melalui Grace Anastasia Surya Widjaja menegaskan Kami salut dan kagum atas visi jauh ke depan dari saudara Gubernur Bali.
Karena Haluan Bali ini akan menjadi pegangan, penuntun, pemandu bagi seluruh masyarakat Bali.
Apresiasi khusus juga Kami haturkan kepada Presiden Ke-5 Republik Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri yang mendorong lahirnya Haluan Pembangunan Bali dalam 100 tahun ke depan.
Kecintaan beliau terhadap Bali sungguh besar dan tidak perlu diragukan lagi.
Sebagaimana Kita ketahui bersama, beliau seorang negarawan berdarah Bali yang memiliki kedekatan secara historis dan emosional dengan Pulau Dewata.
Jadi, Haluan Bali akan menjadi haluan dalam kurun waktu terpanjang di Indonesia.
Bahkan Haluan Bali 100 tahun ke depan ini melewati visi Indonesia yang memfokuskan hingga tahun 2045.
Haluan kurun waktu cukup panjang ini memudahkan mendesain dan memperkuat fondasi Bali, merujuk hingga tahun 2125.
Namun demikian, Haluan Bali tidak sekadar meningkatkan kesejahteraan masyarakat, lebih dari itu harus tercapai pemerataan kesejahteraan masyarakat di sebuah wilayah.
Kemudian, Haluan Bali harus dijadikan sebagai bahan materi ajar pada Satuan Pendidikan di Provinsi Bali.
