Berita Bali

Ditengah Harga Ayam Tinggi, Rencana Subsidi Pakan Ternak Ayam Disambut Baik Pinsar Bali

Ditengah Harga Ayam Tinggi, Rencana Subsidi Pakan Ternak Ayam Disambut Baik Pinsar Bali

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Fenty Lilian Ariani
Saiful Rohim/Tribun Bali
Harga daging ayam di Karangasem, mengalami peningkatan perkilonya. Dari Rp 42 ribu naik menjadi Rp 50 ribu perkilo. Artinya ada  kenaikan sekitar Rp 8 ribu. Kenaikan harga daging ayam ini, bertahap sejak satu minggu lalu. Harga daging ayam diperkirakan naik hingga Idul Adha. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Melonjaknya harga daging ayam membuat Kementerian Perdagangan (Kemendag) berencana akan melakukan subsidi pakan ternak ayam berupa jagung ke peternak.

Harga daging ayam yang melonjak naik ini pun membuat para peternak merugi. Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Bali terpilih I Wayan Eka Murka pun menyambut baik rencana pemberian subsidi pakan ternak. 

Ia berharap rencana tersebut segera terealisasi, agar biaya produksi bisa ditekan. "Ia itu pasti (menyambut baik), karena menyangkut BEP (break even point), biaya produksi” jelasnya pada, Jumat 14 Juli 2023. 

Namun Eka mengatakan belum mengetahui secara jelas informasi pemberian subsidi tersebut. Demikian informasi terkait subsidi ataupun penurunan harga dari pabrik pakan pun dikatakannya belum sampai. 

“Untuk sementara saya belum dapat informasi penurunan atau subsidi dari pabrikan pakan. Biasanya jika ada kenaikan atau subsidi ada informasi dari pabrikan," imbuhnya. 

Lebih lanjut dia menggatakan, sangat berharap jika rencana subsidi tersebut terealisasi yang akan bisa membantu peternak.

Sebelumnya dia mengaku dengan kondisi saat ini di tengah harga pakan tinggi, keuntungan peternak masih pakpok. 

Dia menyebutkan saat ini harga ayam di tingkat peternak mencapai Rp 24 ribu per kilogram. Sementara harga proses produksi (hpp) saat ini mencapai Rp22.500 per kilogram. 

Baca juga: 77 Batang Pohon Ditebang Tampa Izin Dari Kawasan Hutan

“Kalau peternak mandiri ini masih ada sedikit untung. Tapi kalau peternak kemitraan itu belum, mungkin pakpok karena mereka harus membayar tenaga kerja juga," tutupnya. (*) 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved