Berita Nasional

VIRAL Kades Cantik di Subang Lawan Oknum Diduga Preman karena Tolak Perbaikan Jalan Desa!

Pria yang dilawan sosok kades cantik itu, diduga preman setempat, yang menolak adanya perbaikan jalan. 

Istimewa
Viral, seorang kepala desa (kades) cantik melawan seorang pria yang terekam video dan tersebar di media sosial.  Tak disangka sosok kades cantik itu, berasal dari Subang, Jawa Barat.  Pria yang dilawan sosok kades cantik itu, diduga preman setempat, yang menolak adanya perbaikan jalan.  

Dengan pengalamannya itu, Indah yang bekerja sebagai tenaga profesional mendampingi masyarakat di desa tersebut agar bisa berkembang melalui ekonomi desanya sendiri.

Demikian selama bekerja di lapangan itulah Indah melihat potensi desa-desa bisa berkembang dan maju.

Ia pun melihat desa terpencil yang jauh dari Kota tapi bisa maju dengan ekonominya desanya.

Oleh karena itu, dirinya tergerak melihat kondisi desanya, tempat dirinya dilahirkan yang dia yakini pun bisa menjadi desa maju.

Hal itu Indah yakini karena desanya yang padahal tidak jauh dari kota.

“Saya melihat desa saya, yang sebenarnya dekat dari Jakarta, aksesnya mungkin hanya 2,5 jam tapi perkembangannya atau kemajuannya tak sepesat desa yang jauh dari ibu kota,”

“Jadi dari situlah hati saya tergerak untuk membangun desa sendiri,” ungkap Indah.

Sebelum dirinya menjabat sebagai Kades di tempatnya, Indah mengaku kerap membagikan program desa.


Namun, kala itu inisiatif dan informasinya belum ditanggapi serius.

Merasa bersalah dengan keadaan tersebut karena bisa membantu desa lain, tapi ia miris melihat kondisi desanya sendiri.

“Gimana ya caranya kok saya jadi merasa bersalah, saya bantuin desa lain tapi desa kelahiran saya sendiri saya diemin aja,” tambahnya.

Hingga akhirnya, Indah mendapat kabar bahwa akan ada pemilihan kepala desa.

Dengan niat mulia ingin memajukan desanya sendiri, Indah akhirnya berinisiatif mencoba mencalonkan sebagai kades di desanya sendiri, di Desa Ciasem Baru, Kabupaten Subang tersebut.

Namun, Indah sempat diingatkan sang suami, ketika mencoba agar ia tak berharap lebih.

“Kita mencoba semaksimal mungkin, kalau pun tidak dapat terpilih ya sudah, setidaknya sudah berusaha,” ujar Indah.

Meski pengalamannya sudah menjajal desa lain, Indah merasa dirinya masih memiliki pengalaman yang belum cukup.

Indah mengungkap bahwa tak ada satu pun keluarganya yang terjun di dunia politik.

Saat mencalonkan pun Indah merasa sadar diri, bahwa belum banyak masyarakat mengenal dirinya.


Oleh karena itu ia pun sempat berjuang memperkenalkan diri sebagai calon kades kala itu dengan datang door to door ke rumah-rumah warga.

Indah mengungkap saat itu dirinya bersaing dengan 3 calon kades.

Di antaranya adalah mantan kades 2 periode, kades petahana dan mantan pegawai desa.

Melihat pesaingnya sudah berpengalaman sebagai aparat desa, Indah saat itu merasa berkecil hati.

Namun, niat baiknya terus meluruskan tekadnya agar bisa memajukan desanya sendiri.

Indah pun menyinggung kehadirannya saat itu ia anggap sebagai warna baru.

Sebab, Indah tak memungkiri selama ini pemilihan aparat di wilayahnya dikenal dengan manipolitik.

Oleh karena itu, ia ingin mendobrak paradigma tersebut agar politik di wilayahnya berlangsung sehat.

“Saya mencoba merubah paradigma itu, bahwa kalau memlih itu jangan asal siapa yang mau kasih uang, tapi memberikan dedikasi dan edukasi kepada warga,”

“Kalau dikasih uang sekarang jangan marah kalau ke depannya bisa terjadi korupsi dan lain-lain, karena pasti dia memikirkan bagaimana caranya untuk balik modal,” paparnya.

Bukan saja menyadarkan warga soal pemilihan, lewat kesempatan itulah Indah juga sekaligus memberikan edukasi dan memperkenalkan dirinya.

Demikian, dengan latar belakang dan pengalamannya terjun ke desa-desa terpencil dan perjuangan itulah kini ia berhasil menjadi kades.

Namun, setelah menjabat sebagao kades, perjuangan Indah sebenarnya masih permulaan.

Indah menceritakan posisinya sebagai kades muda kerap kali diremehkan.

Alumni mahasiswa UI itu menceritakan selama bekerja sebagai kades, ia merasa miris karena kerap kali tak dikenali warganya.

“Sering banget (diremehkan), aduh bahkan kalau beberapa orang datang ke kantor desa, mereka gak tahu kepada desanya yang mana,” ungkap Indah.

Indah menceritakan pengalaman saat dirinya terjun ke lapangan beberapa warga menanyakan kepadanya keberadaan kades, padahal warga tersebut sedang berbicara dengan kadesnya sendiri.

 

(*)

Editor: Tiffany Marantika Dewi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved