Berita Bangli
15 SD Di Bangli Minim Siswa Baru, Disdikpora Bangli Sebut Kesuksesan Program KB
15 SD di Bangli minim siswa baru, Disdikpora Bangli sebut kesuksesan Program KB.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2023 telah berakhir.
Hasilnya, diketahui sejumlah SD di Bangli mendapatkan siswa baru kurang dari 10 anak.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bangli, I Komang Pariarta.
Ungkap dia, setidaknya ada 15 SD di empat kecamatan yang mendapat siswa baru kurang dari 10 orang.
Seperti di Kecamatan Bangli tercatat ada empat SD, meliputi SD 2 Kayubihi, SD 4 Kawan, SD 3 Tamanbali, dan SD MI.
Di Kecamatan Susut ada tiga SD yang minim siswa baru.
Meliputi SD 6 Tiga, SD 4 Sulahan, dan SD 3 Apuan.
Begitupun di Kecamatan Tembuku juga ada tiga SD yang minim siswa baru di PPDB 2023. Meliputi SD 4 Yangapi, SD 2 Jehem, dan SD 7 Jehem.
"Sedangkan di Kecamatan Kintamani ada lima SD. Meliputi SD 1 Terunyan, SD Buahan, SD 2 Sukawana, SD 3 Sukawana, dan SD Subaya," sebutnya Rabu 19 Juli 2023.
Menurut Pariarta, kondisi ini berkat keberhasilan dari program keluarga berencana (KB).
Baca juga: Dua SD Negeri di Jembrana Bali Tak Dapat Siswa Baru, Disdikpora Rancang Regrouping
Yang mana di tahun 2023 ini, jumlah pendaftar siswa baru untuk SD maupun SMP mengalami penurunan hingga 1000 orang.
"Kalau lihat dari data ini, ya semakin menurun penerimaan siswanya di sekolah-sekolah. Termasuk di sekolah yang dianggap favorit juga berkurang. Penurunannya berkisar 10 hingga 20 orang dari tahun sebelumnya," ucap dia.
Pariarta mengenaskan tidak menjadi masalah apabila ada sekolah yang minim mendapatkan siswa baru.
Proses belajar mengajar tetap bisa berjalan seperti biasa.
Sementara disinggung soal regrouping, Pariarta menyebut, upaya ini bisa dilakukan apabila ada permintaan dari Komite dan Kepala Sekolah.
Disamping juga perlu kajian lebih lanjut, sebelum disetujui untuk regrouping.
"Pelaksanaan regrouping lebih mempertimbangkan kebutuhan sekolah, kondisi sekolah, hingga jarak satu sekolah dengan sekolah lainnya. Regrouping tidak bisa dilakukan apabila tidak ada sekolah terdekat dari sekolah yang minim siswa. Kasihan nanti anak-anak sekolahnya jauh," terang Kadis asal Desa Tamanbali, Bangli ini.
Diketahui, pelaksanaan regrouping terakhir kali dilaksanakan tahun 2022, yakni di SDN 1 Abuan dan SDN 4 Abuan, Kecamatan Susut.
Dua sekolah tersebut diregrouping karena di SDN 4 jumlah siswanya sedikit, dan SDN 1 lebih banyak.
Disamping itu berdasarkan pertimbangan jarak, kedua sekolah tersebut jaraknya sekitar 500 hingga 600 meter.
Sedangkan untuk tahun 2023 ini, Pariarta mengaku belum ada sekolah yang mengajukan regrouping.
"Kedepan kita akan adakan pertemuan atau rapat dengan jajaran kepala sekolah, komite, korwil, hingga MKKS, untuk menganalisis terkait sekolah mana yang perlu dan tidak untuk diregrouping," tandasnya. (mer)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.