Bisnis

800 Ribu Hektare Lahan Siap Panen, Persiapan Kementan Hadapi El Nino

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan, bahwa stok beras tercukupi untuk menghadapi badai El-Nino.

Istimewa
Ilustrasi - Badai kemarau panjang atau El-Nino di prediksi akan terjadi di Indonesia pada tahun ini. Untuk itu, pemerintah pun mempersiapkan sejumlah komoditas siap untuk menghadapi El-Nino. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan, bahwa stok beras tercukupi untuk menghadapi badai El-Nino. Ia katakan saat ini ada kurang lebih 800 ribu hektare (ha) lahan padi yang siap panen pada Agustus 2023. 

TRIBUN-BALI.COM  - Badai kemarau panjang atau El-Nino, diprediksi akan terjadi di Indonesia pada tahun ini.

Untuk itu, pemerintah pun mempersiapkan sejumlah komoditas siap untuk menghadapi El-Nino.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan, bahwa stok beras tercukupi untuk menghadapi badai El-Nino. Ia katakan saat ini ada kurang lebih 800 ribu hektare (ha) lahan padi yang siap panen pada Agustus 2023.

"Dilihat dari neraca yang ada, bulan Agustus ini kita masih punya lahan (padi) kurang lebih 800.000 ha yang siap panen. Oleh karena itu kondisi ketersediaan pangan kita secara nasional cukup aman," kata Mentan dalam keterangannya, Rabu (19/7).

Namun demikian, Syahrul Yasin Limpo berharap para petani tetap berproduksi dan langsung melakukan penanaman setelah panen raya usai digelar.

Syahrul Yasin Limpo mengatakan, ancaman El Nino adalah ancaman serius yang harus disikapi secara sigap baik oleh pemerintah daerah, pusat maupun petani di seluruh Indonesia. Salah satunya menyiapkan pompa-pompa air, benih unggul dan alat mesin pertanian lain yang dapat menjaga sisi produksi.

Baca juga: Nikah Beda Agama Tak Tercatat di Dukcapil, Imbas Keluarnya SE Mahkamah Agung, MUI Apresiasi

Baca juga: Vaksinasi HPR Capai 46,3 Persen, Kasus Anjing Positif Rabies di Denpasar Jadi 11 Ekor!

PANEN PADI - 800 Ribu Hektare Lahan Siap Panen, Persiapan Kementan Hadapi El Nino
PANEN PADI - 800 Ribu Hektare Lahan Siap Panen, Persiapan Kementan Hadapi El Nino (Tribun Bali/I Made Ardhiangga)

"Kita tidak boleh terlalu percaya diri karena ancaman El Nino atau kekeringan itu terjadi secara global. Maka itu harus di-warning karena berdasarkan data cuaca ekstrem ini akan terjadi pada puncaknya di bulan Agustus dan September mendatang," katanya.

Untuk itu, pihaknya juga meminta agar daerah mampu mengimplementasikan program tanam 1.000 ha untuk memperkuat pasokan dan cadangan beras nasional. Untuk modal, Syahrul Yasin Limpo menyarankan agar segera mengambil Kredit Usaha Rakyat sebagai basis utama permodalan usaha.

"Para gubernur dan para bupati saya mengajak untuk mengakselerasikan penanaman 1.000 ha di setiap daerah sehingga kita bisa memperkuat posisi pangan yang ada," katanya.

Kementerian Pertanian mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan produksi pertanian dalam mengantisipasi cuaca ekstrem El-Nino atau kemarau panjang.

Menteri Pertanian mengatakan Kementan telah menyiapkan 9 strategi dalam menghadapi El-Nino, yaitu mengidentifikasi dan memetakan lokasi terdampak kekeringan, melakukan percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan, peningkatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam.

Selanjutnya, peningkatan ketersediaan air dengan membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier serta pompanisasi.

"Kemudian, penyediaan benih tahan kekeringan dan organisme pengganggu tanaman (OPT), melakukam Program 1.000 hektare adaptasi dan mitigasi dampak El Nino, mengembangkan pupuk organik terpusat dan mandiri, dukungan pembiayaan KUR dan asuransi pertanian serta penyiapan lumbung pangan," kata Syahrul.

Strategi yang lain yaitu dengan memaksimalkan koordinasi antar daerah terkait kondisi pertanian di masing-masing daerah. Dalam kunjunganya ke Banten, Kementan juga membahas terkait antisipasi dampak fenomena El-Nino.

Menurut Syahrul, Banten merupakan salah satu wilayah penyangga produk pertanian untuk kebutuhan Jakarta. Oleh karena itu, sektor pertanian harus dipastikan aman dan terus berproduksi terlebih dibawah ancaman perubahan iklim ekstrim Elnino.

"Selama 3 tahun pandemi Covid, Banten menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang positif. Produksi padi juga terus meningkat. Bersama Sumsel, Kalsel dan propinsi lainnya," jelasnya.

Pengalaman menghadapi covid menurutnya bisa dijadikan bekal mengatasi kemarau panjang yang sedang dihadapi. Sejumlah langkah sudah disiapkan pihaknya untuk mengamankan kebutuhan pangan nasional.

"Sektor pertanian tumbuh 16,2 persen. Bahkan nilai ekspor kita tahun 2022 mencapai meningkat jadi 658 tiliun, naik 6,79 % dibandingkan tahun 2021 Bapak. Oleh karena itu, capaian tersebut harus kita pertahankan dan kita tingkatkan," ujarnya. (kontan)

800 Ribu Hektare Lahan Siap Panen, Persiapan Kementan Hadapi El Nino
800 Ribu Hektare Lahan Siap Panen, Persiapan Kementan Hadapi El Nino (Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta)

Minta Pemerintah Antisipasi


PENGAMAT pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, El Nino lebih merugikan ketimbang La Nina. Meski demikian El Nino juga memungkinkan penambahan luas tanam/panen di lahan-lahan rawa dan pasang surut. Akan tetapi secara umum penambahan tersebut lebih kecil ketimbang penurunan luas panen akibat kekeringan.

"Karena itu, penting melakukan mitigasi dan antisipasi. El Nino dan La Nina itu frekuensinya makin sering berulang 2-3 tahun sekali. Saya yakin, K/L teknis sudah terbiasa dengan antisipasi dan mitigasi. Tinggal memastikan antisipasi dan mitigasi itu betul-betul bisa dieksekusi di lapangan dan petani betul-betul bisa disiapkan untuk mengantisipasinya," kata Khudori kepada Kontan.co.id, Rabu (19/7).

Ia menjelaskan, berdasarkan informasi BMKG sampai hari ini perkiraan El Nino skalanya antara rendah dan sedang. Ia menyebut, dampak El Nilo hingga saat ini belum terasa ke pertanian. Namun, perlu diwaspadai bahwa dampak langsung dari El Nino adalah berkurangnya air untuk budidaya pertanian.

"Tidak seperti banjir yang berdampak segera dan jangka pendek. Kekeringan akibat menurunnya ketersediaan air itu seperti bencana merangkak, pelan-pelan tidak terasa, tapi dampaknya lebih berat," kata Khudori.

Sebelumnya pernah terjadi fenomena El Nino berat tahun 1997-1998 atau 2015, dimana dampaknya cukup terasa. Akan tetapi Khudori mengatakan, seberapa besar dampak El Nino kali ini, masih belum diketahui. "Semoga skalanya hanya sedang atau moderat dan dampaknya tidak begitu besar," imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa pihaknya menyiapkan sejumlah provinsi yang akan menjadi penyangga dalam antisipasi dan mitigasi dampak El Nino.
Syahrul bilang, enam provinsi yang digunakan penyangga tersebut merupakan lumbung padi. Dimana enam provinsi itu merupakan provinsi penghasil padi yang cukup besar. Bahkan, Sulawesi Selatan dan Lampung kata Khudori merupakan dua provinsi dengan surplus padi/beras yang besar.

"Dugaan saya, kenapa fokus ke 6 provinsi karena wilayah itu sebagai produsen pangan, terutama padi. Tentu fokus kepada 6 provinsi itu bukan berarti mengabaikan Jawa. Karena sampai saat ini Jawa merupakan produsen pangan terbesar yang belum tergantikan," jelasnya.

Menurutnya, andil Jawa dalam produksi padi, jagung, kedelai, gula lebih dari 50

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved