Berita Jembrana

Kasus DBD di Jembrana Meningkat Dua Kali Lipat, Tertinggi Lima Tahun Terakhir 

Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2023 di Kabupaten Jembrana meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Kepala Dinas Kesehatan, dr Made Dwipayana saat menjelaskan terkait kondisi terkini kasus DBD di Kabupaten Jembrana di Kantor Bupati Jembrana, Senin 24 Juli 2023. 

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2023 di Kabupaten Jembrana meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Tercatat periode Januari-Juli 2023 ini sudah ditemukan 394 kasus.

Pemerintah menyebutkan, lonjakan kasus yang drastis ini merupakan salah satu siklus 5 tahunan.

Baca juga: 688 Warga Gianyar Terjangkit DBD di Semester 1 Tahun 2023

Namun, saat ini berbeda, jika sebelumnya diprediksi melonjak pada 2021, ternyata terjadi di 2023.

Ini dipengaruhi oleh mobilitas pendudik yang tinggi diiringi dengan perubahan iklim yang ekstrem sehingga mempengaruhi pola kembangbiak nyamuk yang lebih cepat. 


Di sisi lain, WHO juga telah meperingatkan masyarakat bahwa kasus DBD secara global mencetak rekor tertinggi tahun ini.

Baca juga: Kasus DBD Per Semester I 2023 Mencapai 373 Kasus, Ini yang Dilakukan Dinkes Karangasem

Sedikitnya sudah ada 4 juta kasus di dunia dan mendekati rekor kasus di 2019 yang sudah mencapai 5,2 Juta kasus dalam setahun.


Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jembrana, dalam kurun waktu lima tahun atau sejak 2019-Juli 2023, jumlah kasus DBD di Jembrana tercatat sebanyak 1.317 kasus.

Rinciannya, di tahun 2019 tercatat 213 kasus, 2020 sebanyak 267 kasus, di 2021 menurun drastis hanya 96 kasus, di 2022 kembali meroket sebanyak 347 kasus dan hingga 24 Juli 2023 kemarin tercatat sudah ada 394 kasus.

Baca juga: DBD di Jembrana Tembus 392 Kasus Selama 6 Bulan, Jadi Kasus Tertinggi Dalam Lima Tahun Terakhir

Jumlah kasus di 2023 melampaui kasus setahun di 2022 dan menjadi yang tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir ini.


Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana menjelaskan, kasus di tahun 2023 tercatat paling tinggi dalam kurun waktu lima tahun. Lonjakan kasus yang begitu drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satunya perubahan iklim yang ekstrem tahun ini terutama dengan adanya fenomena topan el mona dan siklon di selatan Indonesia. Kemudian dipengaruhi dengan adanya siklus lima tahunan yang terjadi rutin dalam beberapa dekade.

Baca juga: Buleleng Gunakan Metode Wolbacia Tangani DBD


"Yang kita khawatirkan sebelumnya adalah siklus lima tahunan. Dulu terjadi pada 2016, tapi pada 2021 justru turun drastis dan terjadi tahun ini," kata dr Dwipayana saat dikonfirmasi, Senin 24 Juli 2023 


Dia melanjutkan, kondisi saat ini yakni perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan laju percepatan kembangbiak nyamuk Aedes Aegypti semakin masif.

Jika dulunya nyamuk berkembang biak dalam waktu beberapa pekan, kini kurang dari 10 hari sudah menjadi nyamuk dewasa. 

Baca juga: Hingga 3 Juni 2023 Kasus DBD di Denpasar Mencapai 1.132 Kasus, Kelurahan Sesetan Paling Tinggi

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved