Berita Jembrana

Kasus DBD di Jembrana Meningkat Dua Kali Lipat, Tertinggi Lima Tahun Terakhir 

Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2023 di Kabupaten Jembrana meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Kepala Dinas Kesehatan, dr Made Dwipayana saat menjelaskan terkait kondisi terkini kasus DBD di Kabupaten Jembrana di Kantor Bupati Jembrana, Senin 24 Juli 2023. 


"Sehingga proses kembangbiaknya lebih cepat dari normal. Ini menjadi salah satu penyebab (meningkatnya kasus)," ungkapnya. 


Selain itu, kata dia, penyebab tingginya kasus demam berdarah saat ini adalah tingginya mobiltas penduduk pascapandemi. Ini sangat mempengaruhi laju migrasi virus dari satu daerah ke daerah lain.

Misalnya ketika seseorang terjangkit virus DBD di suatu wilayah kemudian pindah ke wilayah lainnya dan digigit nyamuk akan menyebabkan penyebaran kasus.

Baca juga: Lima Bulan DBD Tembus 1.132 Kasus di Denpasar, Paling Tinggi di Kelurahan Sesetan


"Nyamuk yang menggigit warga terinfeksi DBD ini kemudian menggigit yang belum terinfeksi. Sehingga mobilitas ini juga sangat berpengaruh terhadap melonjaknya kasus tahun ini," ungkapnya. 


Upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkam pola menjaga kebersihan lingkungan. Peran serta masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap laju kasus ke depannya.

Baca juga: DBD Telah Renggut 1 Nyawa Balita di Gianyar Per Mei 2023

Di sisi lain, fogging dilakukan dengan dua jenis berbeda. Yakni fogging sebelum masa penularan (SMP) serta fogging dilakukan ketika ditemukan kasus di suatu wilayah. 


"Yang jelas seluruh Jembrana masuk wilayah endemi. Kami sarankan masyarakat semua waspada dan melakukan pencegahan dengan PSN secara rutin," tandasnya. 

Baca juga: DBD Telah Jangkiti 229 Warga di 2023, Dinkes Gianyar Gencarkan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Belum Bisa Ditetapkan KLB

 

Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana mengakui tingginya kasus DBD di Jembrana tahun ini melampaui tahun-tahun sebelumnya. Namun, peningkatan jumlah saat ini belum bisa ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) DBD.

Sebab, ada beberapa indikator untuk mengukur penetapan status tersebut.


Dia menyebutkan, indikator penetapan KLB adalah kasus terjadi lebih dari dua kali lipat dan kematian akibat virus tersebut juga terjadi dua kali lipat dari tahun sebelumnya.


"Tapi sekarang belum memenuhi itu. Terutama untuk kematian. Sampai saat ini belum ada korban terkait kasus DBD yang ditemukan di Jembrana," tegasnya. (*)

 

 

Berita lainnya di DBD di Bali

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved