Berita Jembrana
Kasus DBD di Jembrana Meningkat Dua Kali Lipat, Tertinggi Lima Tahun Terakhir
Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2023 di Kabupaten Jembrana meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2023 di Kabupaten Jembrana meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Tercatat periode Januari-Juli 2023 ini sudah ditemukan 394 kasus.
Pemerintah menyebutkan, lonjakan kasus yang drastis ini merupakan salah satu siklus 5 tahunan.
Baca juga: 688 Warga Gianyar Terjangkit DBD di Semester 1 Tahun 2023
Namun, saat ini berbeda, jika sebelumnya diprediksi melonjak pada 2021, ternyata terjadi di 2023.
Ini dipengaruhi oleh mobilitas pendudik yang tinggi diiringi dengan perubahan iklim yang ekstrem sehingga mempengaruhi pola kembangbiak nyamuk yang lebih cepat.
Di sisi lain, WHO juga telah meperingatkan masyarakat bahwa kasus DBD secara global mencetak rekor tertinggi tahun ini.
Baca juga: Kasus DBD Per Semester I 2023 Mencapai 373 Kasus, Ini yang Dilakukan Dinkes Karangasem
Sedikitnya sudah ada 4 juta kasus di dunia dan mendekati rekor kasus di 2019 yang sudah mencapai 5,2 Juta kasus dalam setahun.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jembrana, dalam kurun waktu lima tahun atau sejak 2019-Juli 2023, jumlah kasus DBD di Jembrana tercatat sebanyak 1.317 kasus.
Rinciannya, di tahun 2019 tercatat 213 kasus, 2020 sebanyak 267 kasus, di 2021 menurun drastis hanya 96 kasus, di 2022 kembali meroket sebanyak 347 kasus dan hingga 24 Juli 2023 kemarin tercatat sudah ada 394 kasus.
Baca juga: DBD di Jembrana Tembus 392 Kasus Selama 6 Bulan, Jadi Kasus Tertinggi Dalam Lima Tahun Terakhir
Jumlah kasus di 2023 melampaui kasus setahun di 2022 dan menjadi yang tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir ini.
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana menjelaskan, kasus di tahun 2023 tercatat paling tinggi dalam kurun waktu lima tahun. Lonjakan kasus yang begitu drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya perubahan iklim yang ekstrem tahun ini terutama dengan adanya fenomena topan el mona dan siklon di selatan Indonesia. Kemudian dipengaruhi dengan adanya siklus lima tahunan yang terjadi rutin dalam beberapa dekade.
Baca juga: Buleleng Gunakan Metode Wolbacia Tangani DBD
"Yang kita khawatirkan sebelumnya adalah siklus lima tahunan. Dulu terjadi pada 2016, tapi pada 2021 justru turun drastis dan terjadi tahun ini," kata dr Dwipayana saat dikonfirmasi, Senin 24 Juli 2023
Dia melanjutkan, kondisi saat ini yakni perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan laju percepatan kembangbiak nyamuk Aedes Aegypti semakin masif.
Jika dulunya nyamuk berkembang biak dalam waktu beberapa pekan, kini kurang dari 10 hari sudah menjadi nyamuk dewasa.
Baca juga: Hingga 3 Juni 2023 Kasus DBD di Denpasar Mencapai 1.132 Kasus, Kelurahan Sesetan Paling Tinggi
"Sehingga proses kembangbiaknya lebih cepat dari normal. Ini menjadi salah satu penyebab (meningkatnya kasus)," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, penyebab tingginya kasus demam berdarah saat ini adalah tingginya mobiltas penduduk pascapandemi. Ini sangat mempengaruhi laju migrasi virus dari satu daerah ke daerah lain.
Misalnya ketika seseorang terjangkit virus DBD di suatu wilayah kemudian pindah ke wilayah lainnya dan digigit nyamuk akan menyebabkan penyebaran kasus.
Baca juga: Lima Bulan DBD Tembus 1.132 Kasus di Denpasar, Paling Tinggi di Kelurahan Sesetan
"Nyamuk yang menggigit warga terinfeksi DBD ini kemudian menggigit yang belum terinfeksi. Sehingga mobilitas ini juga sangat berpengaruh terhadap melonjaknya kasus tahun ini," ungkapnya.
Upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkam pola menjaga kebersihan lingkungan. Peran serta masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap laju kasus ke depannya.
Baca juga: DBD Telah Renggut 1 Nyawa Balita di Gianyar Per Mei 2023
Di sisi lain, fogging dilakukan dengan dua jenis berbeda. Yakni fogging sebelum masa penularan (SMP) serta fogging dilakukan ketika ditemukan kasus di suatu wilayah.
"Yang jelas seluruh Jembrana masuk wilayah endemi. Kami sarankan masyarakat semua waspada dan melakukan pencegahan dengan PSN secara rutin," tandasnya.
Baca juga: DBD Telah Jangkiti 229 Warga di 2023, Dinkes Gianyar Gencarkan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Belum Bisa Ditetapkan KLB
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana mengakui tingginya kasus DBD di Jembrana tahun ini melampaui tahun-tahun sebelumnya. Namun, peningkatan jumlah saat ini belum bisa ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) DBD.
Sebab, ada beberapa indikator untuk mengukur penetapan status tersebut.
Dia menyebutkan, indikator penetapan KLB adalah kasus terjadi lebih dari dua kali lipat dan kematian akibat virus tersebut juga terjadi dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
"Tapi sekarang belum memenuhi itu. Terutama untuk kematian. Sampai saat ini belum ada korban terkait kasus DBD yang ditemukan di Jembrana," tegasnya. (*)
Berita lainnya di DBD di Bali
Kasus DBD di Jembrana
demam berdarah dengue
Dinas Kesehatan Jembrana
DBD
TRIBUN-BALI.COM
kasus
meningkat
Kapal Perbantuan Mampu Angkut 30 Truk Tronton, KMP Gading Nusantara Layani Lintas Ketapang-Gilimanuk |
![]() |
---|
Korban Kapal Tenggelam Ikuti Ritual di Selat Bali, Wiardani Harap Jenazah Suami Ditemukan |
![]() |
---|
IYM Incar Sepeda Motor Kunci Nyantol, Ditangkap Tim Polres Jembrana Dalam Waktu 24 Jam |
![]() |
---|
Pakelem Selat Bali Gunakan Kebo Yus Merana, Harap Keselamatan Pelayaran dan Syukur Atas Hasil Laut |
![]() |
---|
3 Sulinggih Muput Ritual Mulang Pakelem di Selat Bali, Gunakan Hewan Kerbau, Kambing serta Ayam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.