Berita Bali
Pameran 'Masa ke Masa' Suguhkan Suara Perempuan yang Dituangkan ke Dalam Kain Batik
Pameran Masa ke Masa merupakan pameran kain batik yang mengangkat tema suara perempuan
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Indahnya corak batik yang didominasi berwarna ungu tampak terlihat sedari masuki pameran ‘Masa ke Masa’ yang digelar di Dharma Negara Alaya (DNA Art & Creative Hub) Denpasar, Bali.
Masa ke Masa merupakan pameran kain batik yang mengangkat tema suara perempuan.
Dengan kain batik ini, suara perempuan khususnya di Bali dituangkan dan dipamerkan untuk dilihat langsung pengunjung pameran.
Pencetus pameran ini adalah Ni Made Gadis Putri Maharani seorang perempuan yang baru lulus dari D3 Batik dan Fashion di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Baca juga: Menparekraf Mengapresiasi Diadakannya Pameran Karya I Gusti Nyoman Lempad
Gadis sangat tertarik dengan isu perempuan terlebih ibunya seorang pengacara dan aktivis perempuan yang kerap mendampingi perempuan mencari keadilan sehingga membuat akrab dengan isu perempuan.
Karya batik di pamerannya merupakan jenis batik kontemporer.
Semua kain yang dipajang murni hasil tangannya, dari gambar hingga mencanting batik sendiri jenis batik kontemporer.
Bahkan, memilih kain dan melakukan pewarnaan Gadis memilih gaya batik kontemporer karena ia bisa bebas berekspresi dan masih berkaitan dengan masa kini.
“Saya sering ikut ibu saat mendampingi perempuan yang memperjuangkan keadilan. Di sana saya melihat bagaimana perempuan masih tidak mendapat keadilan dalam kehidupan keluarga maupun sosial. Ketidakadilan itu dituangkan dalam kain ungu dengan gambar perempuan menjunjung timbangan keadilan,” jelas Gadis saat ditemui, Minggu 23 Juli 2023.
Neraca yang dijunjung oleh perempuan di kain batiknya merupakan lambang dari hukum, secara visual karya ini memperjuangkan keadilan, seperti kesetaraan gender dalam menjalankan hak dan kewajiban antara laki-laki maupun perempuan.
Adanya keberpihakan gender secara hukum menjadikan perempuan terdiskriminasi.
Tidak hanya itu, ia juga menulis kegelisahan perempuan dalam lembaran kain ungu.
Tiap kata yang ditulis merupakan sumbangsih pemikiran dan perasaan perempuan yang dia temui.
Diantaranya mereka adalah para korban kekerasan dan pelecehan seksual.
“Dari kecil ibu di LBH pemerhati perempuan dan anak. Terus dari kecil ibu merintis kalau mendampingi korban Gadis ikut, saya melihat didampingi waktu sidang dan psikolog atau terapi. Teman-teman kalangan anak-anak dan ibu, sering mendengar dan keluh kesa maupun curhatan. Curhatannya mengenai keseharian jadi perempuan Bali kurang didengar terus bagaimana hidup dengan mertuanya," imbuhnya.
Ada delapan kain dengan batik tulis yang berisikan keluh kesah dan ungkapan perasaan para perempuan.
Gadis memiliki concern terhadap perempuan, bukan hanya mengenai titik lemah seorang perempuan, tapi juga kehebatan perempuan Bali.
Menurut Gadis, perempuan Bali selalu melibatkan seni dalam kesehariannya seperti membuat upakara dan peralatan upacara.
Ia menggambarkan seni dalam persembahan dengan gambar gebogan yang merupakan persembahan kepada Tuhan dalam kegiatan upacara Agama Hindu.
Perempuan Bali sedang nyuwun gebogan digambarkan dengan anggun dan tangguh.
"Perempuan Bali menjalankan keseharian ada unsur seni sama seperti membuat banten perlu keterampilan, buat tetuasan atau menghias dengan bunga pasti perlu skill seni dan keterampilan, selain itu juga ada rasa keikhlasan melakukan itu," bebernya.
Setelah dibuka pada tanggal 21 Juli 2023 dan ditutup 28 Juli 2023, total pengunjung pameran Masa ke Masa yakni sebanyak 250 orang.
Tak hanya perempuan, laki-laki pun ikut tertarik datang ke pameran ini.
Goals dari pameran ini, dikatakan Gadis, pada beberapa karya yang mengangkat isu keluh kesah perempuan Bali tujuannya agar perempuan Bali mendapatkan jalan keluar terbaik untuk mengatasi keresahan atau keluh kesah mereka dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari.
“Agar mereka selalu dapat dengan bebas berkarya, mengekspresikan diri mereka masing-masing dan tentunya berharap agar mereka lebih berani dalam menyuarakan keresahan mereka. Dan berharap juga agar kaum perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama dan mendapatkan keadilan dalam memenuhi hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan sebagai seorang perempuan,” terangnya.
Selain itu, Gadis juga berharap nantinya masyarakat bisa lebih peka, berinisiatif untuk bisa menjadi wadah bertukar pengalaman atau pikiran yang di mana tanpa menjatuhkan satu sama lain.
“Dan agar masyarakat luas yang berkunjung khususnya generasi muda nantinya bisa mengetahui bagaimana proses dari penciptaan kain batik,” tutupnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Berita Bali hari ini
pameran seni
Dharma Negara Alaya
Institut Seni Indonesia
batik
Denpasar
Bali
Tribun Bali
Menparekraf Mengapresiasi Diadakannya Pameran Karya I Gusti Nyoman Lempad |
![]() |
---|
Astra dan Kompas Gramedia Kolaborasi Gelar Pameran Seni Rupa dan Teknologi Digital RE-IDENTIFY |
![]() |
---|
Pameran Masa ke Masa Suguhkan Suara Perempuan, Tertuang dalam Kain Batik |
![]() |
---|
Tur 3 Kota di Pulau Jawa, Geng Matjan Gaet 2 Seniman Bali di Pameran "Lihatlah: Bali" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.