Jero Pasek Meninggal Dunia
Dikenang Sebagai Sosok Humoris dan Ramah, Keluarga dan Rekan Iringi Pengabenan Jero Pasek di Bali
Keluarga dan rekan-rekan Jero Pasek semasa hidup, mengiringi prosesi pengabenan sosok pawang hujan tersebut
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Prosesi pengabenan I Made Sucipta (59) atau yang dikenal publik sebagai Jero Pasek digelar di Krematorium Punduk Dawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali, Sabtu 26 Agustus 2023.
Keluarga dan rekan-rekan Jero Pasek semasa hidup, mengiringi prosesi pengabenan sosok pawang hujan tersebut.
Ketua Pelaksana Krematorium Punduk Dawa, Jero Mangku Wayan Ariana mengungkapkan, jenazah dari Jero Mangku Pasek sudah berada di krematorium Punduk Dawa pukul 08.00 Wita.
Setelah jenazah beliau disemayamkan, dilakukan berbagai prosesi.
Baca juga: Pengabenan Jero Pasek Diiringi Rekan-rekannya, Dikenal Sosok Humoris
Mulai dari ngulapin atau proses nunas di pura dalem dan prajapati.
Lalu dilanjutkan dengan prosesi nyiramang layon atau membersihkan jenazah.
"Prosesi nyiramang layon dimulai sekitar pukul 10.00 Wita," ujar Jero Mangku Wayan Ariana.
Prosesi nyiramang layon atau membersihkan jenazah Jero Pasek berlangsung sekitar pukul 10.00 Wita.
Prosesi ini diikuti oleh pupuhan warga yang merupakan keluarga dan rekan-rekan dari Jero Pasek semasa hidup.
Sebagai bentuk berduka, mereka ikut membersihkan layon (jenazah) Jero Pasek.
Setelah nyiramang layon, dilanjutkan dengan prosesi munggah di tumpang salu, dan ngaskara yang dipuput ida sulinggih.
Prosesi dari pengabenan tersebut, dipimpin langsung oleh nabe (guru spiritual) dari Jero Pasek.
"Upacara pengabenan beliau (Jero Pasek) dipuput oleh nabe beliau, Ida Sulinggih dari Pangi," ujar Jero Mangku Wayan Ariana.
Lalu prosesi dilanjutkan nyujur setra, ngemargiang tirta, dan dilanjutkan dengan ngeseng.
Setelah layon (jenazah) menjadi abu, ngereka menjadi meraga suku tunggal.
Setelah prosesi tersebut, dilanjutkan mamitang di Pura Prajapati dan Pura Dalem.
Lalu prosesi terakhir dilakukan nyanjud di Segara Goa Lawah.
Jero Mangku Wayan Ariana juga mengaku mengenal dekat sosok Jero Pasek.
Di luar sosoknya sebagai pawang hujan yang nyentrik di mata publik, bagi Ariana sosok Jero Pasek merupakan sosok yang humoris.
Jika belum mengenal akrab, banyak yang mengira Jero Pasek pendiam.
Namun Jero Pasek justru sosok humoris, ramah, dan bersahabat.
"Saya kenal sekali beliau, kenal baik. Saya sering mengajak beliau berfoto, polos sekali beliau dan humoris," jelas Jero Mangku Ariana.
Hal serupa diungkapkan rekannya yang lain, Made Catur.
Baginya Jero Pasek sosok yang asyik untuk diajak berteman.
"Walau beliau di media sosial terlihat unik, tapi banyak yang tidak tahu kalau beliau sosok yang asyik diajak ngobrol. Serta beliau sangat sayang dengan anak-anaknya. Beliau banyak temannya," ungkap Catur saat ditemui di Krematorium Punduk Dawa.
Jero Pasek meninggal dunia tepat pada ulang tahunnya yang ke-59, Senin 14 Agustus 2023.
Tiga bulan belakangan, Jero Pasek yang dikenal sebagai pawang hujan tersebut menderita diabetes dan meninggal dunia setelah kondisinya kian memburuk
Jero Pasek meninggalkan 2 orang anak laki-laki. Publik di Bali mengenalnya sebagai sosok pawang hujan yang ikonik.
Menjadi seorang pawang hujan, merupakan perjalanan hidup Jero Pasek yang harus dilaluinya dengan ikhlas.
Sebelum menjadi pawang hujan, kehidupan pribadi Jero Pasek penuh lika-liku, sampai ia merasa sangat terpukul setelah putrinya meninggal dunia.
Sejak saat itulah, ia mulai mendalami spiritual.
Jero Pasek ramai dibincangkan, setelah aksinya menjadi pawang hujan dalam beberapa acara penting di Bali.
Sebelumnya dirinya sebenarnya seorang pekerja swasta di Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Dirinya bertugas membawa makanan ke maskapai, dan pekerjaan itu dilakoninya sampai 2008.
Ia sempat mendapat pawisik untuk berhenti bekerja, sampai akhirnya ia diminta untuk pensiun dini dari maskapai tempatnya bekerja.
Saat itulah takdir membawanya untuk menjadi seorang pawang hujan.
Ia menjadi perhatian publik, setelah aksinya menjadi pawang hujan dianggap sangat unik.
Di keramaian biasanya ia menggambar telapak tangannya menggunakan media rokok yang menyala.
Ia seakan-akan menggunakan rokok yang ia sedot, untuk menggambar sesuatu di telapak tangannya.
Lalu menunjuk langit, seakan-akan menggerakkan awan.
Saat beraksi, ia juga kerap mengenakan kaus ikonik bertuliskan "Rain Stopper" since 2001 dan dua lambang Ongkara.
Sementara pakaian belakang bajunya bertuliskan, Jro Pasek Pawang Hujan Ciwa-Budha.
Beberapa kali, aksinya itu memang dianggap berhasil mencegah hujan saat acara-acara besar.
Beberapa acara besar yang pernah ditangani Jro Pasek antara lain palebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung pada 2021, palebon permaisuri tokoh Puri Agung Klungkung pada 2014.
Termasuk banyak kegiatan-kegiatan kedinasan Polri dan TNI. (mit)
Kumpulan Artikel Bali

                
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.