Berita Bali
Bahas Soal Akses, Aparatur Desa Serangan Bertemu PT. BTID, Peternak Curhat Sulit Cari Rumput
Solusi terhadap aspirasi warga Serangan kembali dibahas dalam pertemuan aparatur desa dengan pihak PT. Bali Turtle Island Development (BTID).
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Solusi terhadap aspirasi warga Serangan kembali dibahas dalam pertemuan aparatur desa dengan pihak PT. Bali Turtle Island Development (BTID).
Salah satu poin yang dibahas yaitu akses masuk yang lebih luas ke kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali.
Bahkan seperti beberapa tahun lalu, kawasan tersebut bisa diakses publik secara umum, bukan hanya terbatas warga Serangan.
Baca juga: Bendesa Serangan Prihatin Abrasi di Pantai Melasti, PT. BTID Bantah karena Pembangunan Tanggul
Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali menjembatani pertemuan para pihak terkait.
Lurah dan Jero Bendesa Serangan hadir dalam pertemuan yang digelar pada Selasa, 12 September 2023 itu.
Dijumpai terpisah, nelayan setempat yang juga beternak kambing, Sak Ban, mengakui kesulitan mencari pakan ternak untuk kambingnya karena ia harus mencari rumput di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-kura Bali yang saat ini untuk masuk harus melewati cek poin yang dianggap merepotkan, tidak seperti sebelumnya.
Baca juga: Pembangunan Pelabuhan Marina Tumpang Tindih, Lurah Serangan Harapkan Kolaborasi PT. BTID
Sebelum proyek ini dimulai Sak Ban mengatakan, pernah menyampaikan aspirasi agar dibuatkan jalur akses khusus warga tanpa perlu keluar masuk diperiksa.
"Kita mendukung program KEK, saya senang desa saya maju, tapi janganlah dipersulit masyarakat warga lokal, kan seperti saya kita masuk ke dalam ada kepentingan, kalau tidak masuk mau cari apa."
"Saya peternak, mau cari pakan ternak di sana tidak dikasih cari rumput di dalam, untuk kambing. Kan ada kepentingan, kadang harus KTP ditahan, sepeda motor dibuka dicek," ujarnya saat dijumpai wartawan, pada Kamis 14 September 2023.
Sementara itu, Kepala Komunikasi dan Kehumasan PT. BTID, Zakki Hakim, menyatakan, bahwa akses disediakan untuk warga namun memang terbatas untuk saat ini.
Dikatakannya sebanyak 400 warga terdaftar menggunakan tanda pengenal khsusus dengan rata-rata aktivitas warga per hari sebanyak 275 orang.
"Akses masuk kepada nelayan, petani terumbu karang dan petani rumput laut, sejauh ini ada 400 yang terdaftar rata-rata per hari 275 warga desa yang masuk melakukan kegiatan ekonomi," ujar Zakki.
Akses tersebut dibuka sesuai dengan prinsip Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) namun PT. BTID terus mencari solusi yang tepat dan menampik sebutan ekskluaifitas.
“Kita mencari solusi yang sesuai untuk akses ini. Memang dalam perjalanannya ada hal yang perlu diperbaiki dalam hal akses terutama mengingat di dalam ada proyek," kata Zakki.
PT BTID menjelaskan bahwa identifikasi dan pembuatan ID khusus untuk warga Serangan dilakukan untuk tujuan pemantauan, keselamatan, dan keamanan wilayah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.