Berita Bali
1.048 Hektar Lahan di Gunung Agung Terbakar, Warga Desa Tejakula Buleleng Takut Api Bakar Pipa
Kebakaran hutan lindung di lereng Gunung Agung Karangasem mencapai sekitar 1.048 hektare terhitung dari 17 September hingga 26 Oktober 2023.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.CoM, KARANGASEM - Kebakaran hutan lindung di lereng Gunung Agung Karangasem mencapai sekitar 1.048 hektare terhitung dari 17 September hingga 26 Oktober 2023.
Jumlah ini diperkirakan terus meningkat karena cuaca tak bersahabat.
Apalagi kebakaran belum bisa dipadamkan secara maksimal.
Baca juga: Warga Khawatir Api Turut Membakar Pipa Air, Kebakaran Hutan di Bukit Desa Tejakula
Kepala BPBD Karangasem, IB Ketut Arimbawa, mengatakan, luas hutan di sekitar lereng gunung yang terbakar sesuai hasil perhitungan dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Timur.
Angka ini diperkirakan bertambah karena cuacanya panas. Kobaran api di atas gunung belum padam keseluruhan. "Sebarannya di 2 titik yakni Wilayah RPH Kubu dan RPH Daya," kata IB Ketut Arimbawa, Jumat (27/10/2023).
Baca juga: Damkar Klungkung Tangani 60 Kebakaran hingga Oktober 2023, Korsleting Listrik Paling Menonjol
Dikatakannya, kobaran api di lereng gunung masih belum padam. Petugas gabungan belum bisa memadamkan secara maksimal mengingat kobaran api berada di ketinggian.
"Kamis (26/10) pagi, kobaran api kembali muncul. Asap terlihat di kejauhan. Petugas terus memantau kondisi," ungkap Arimbawa.
"Ini kebakaran terbesar dari 10 tahun terakhir. Sebelumnya kebakaran besar pernah terjadi tahun 2012 lalu. Kobaran api merembet hingga hutan di sekitar Pura Pasar Agung Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem," kata Arimbawa.
Baca juga: 1.000 Orang Lebih Terdampak Kekeringan, 9 Wilayah di Jembrana Krisis Air Bersih, 9 Titik Kebakaran
Hutan lindung Gunung Agung yang terbakar ada di Kecamatan Kubu. Sebarannya di beberapa titik, di antaranya di Banjar Bantas, Desa Baturinggit. Banjar Juntal, Kubu. Daerah Bukit Moncol Pikat, Desa Ban.
Daerah Bukit Moncol Anyar Desa Ban. Sedangkan terakhir hutan lindung di Puragae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang.
Dia mengatakan, penyebab utama meningkatnya luas hutan yang terbakar karena el nino. Kemarau diperkirakan panjang, hingga memasuki awal 2024.
Baca juga: Pemkot Denpasar Dapat Bantuan Rp250 Juta dari BNPB untuk Penanganan Kebakaran TPA Suwung
"Kita imbau masyarakat waspada dan hati-hati. Jangan membakar sampah sembarangan. Cuaca tak bersahabat," kata Arimbawa.
Sementara itu, hutan yang ada di bukit Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng terbakar, Jumat (27/10/2023) pagi. Sebanyak 20 petugas dikerahkan untuk melakukan upaya penyekatan agar api tidak sampai membakar pipa air dan masuk ke kebun warga.
Kepala UPTD KPH Bali Utara, Wayan Suardana mengatakan, sumber api berasal dari bukit Desa Subaya, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Kebakaran di Bukit Subaya itu diperkirakan terjadi sejak dua atau tiga hari lalu. Api sulit dipadamkan lantaran semak yang ada di daerah tersebut cukup tebal.
Baca juga: Padamkan Kebakaran TPA Jungutbatu, Kapolres Klungkung Kerahkan Seluruh Personil di Nusa Penida
Hingga pada Jumat pagi, api terpantau mulai menjalar hingga ke wilayah perbatasan di Bukit Desa Tejakula.
"Sampai Jumat siang ini terpantau masih ada kepulan asap di atas bukit Desa Tejakula," katanya.
Suardana menyebutkan, jarak api dengan kebun warga sekitar 500 meter.
Sementara jarak dengan pemukiman warga sekitar 2 km. Kendati tergolong cukup jauh, namun pemantauan ketat terus dilakukan oleh petugas KPH Bali utara bekerjasama dengan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Tejakula, BPBD Buleleng serta TNI-Polri.
Pihaknya juga telah membuat penyekatan dengan jarak satu hingga dua meter, agar api tidak masuk ke kebun warga serta membakar pipa air. Mengingat pipa air tersebut digunakan untuk menyalurkan air bersih yang bersumber dari Desa Subaya, Kintamani untuk warga di tiga desa yang ada di Buleleng, yakni Desa Tejakula, Penuktukan dan Les.
"Ada pipa air yang disalurkan dari Desa Subaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di Desa Tejakula, Desa Penuktukan dan Desa Les. Jadi pemantauan harus terus dilakukan agar jangan sampai pipa air itu ikut terbakar. Sudah dilakukan penyekatan juga," katanya.
Di dalam kawasan Bukit Tejakula itu, kata Suadana, terdapat beberapa jenis pohon yang dilindungi, seperti sonokeling dan ampupu. Namun dari pemantauan sejauh ini api hanya membakar semak-semak kering yang ada di bukit tersebut.
"Untuk yang di daerah Subaya sudah ada beberapa pohon yang terbakar. Kalau daerah Tejakula yang terbakar hanya semak-semak dan tanaman alam. Kami tidak bisa melakukan upaya pemadaman karena lokasinya jauh dan sulit dijangkau armada damkar. Jadi kami sementara lakukan upaya penyekatan saja," jelasnya. (*)
IESR dan Pemprov Bali Resmikan Empat PLTS di Tiga Desa, Total Kapasitas 15,37 kWp |
![]() |
---|
BERKAS 22 Tersangka Kasus Penganiayaan Prada Lucky Diserahkan ke Oditurat Militer |
![]() |
---|
MEMANAS! Massa Aksi di Polda Bali Tidak Kondusif, Lempari Batu dan Merusak Fasilitas |
![]() |
---|
Di Tengah Wacana Pelarangan Vape di Indonesia, Polda Bali Gencarkan Edukasi Bahaya Narkoba |
![]() |
---|
4 Nyawa Melayang Dalam Gejolak Demonstrasi, Polda Bali Ajak Jaga Kondusifitas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.