Berita Bali

Sampah di Denpasar Rusak Wajah Kota, Siswa Lomba Melukis Tong Sampah di Jimbaran

Sampah kini menjadi masalah serius di Kota Denpasar akibat dampak kebakaran TPA Suwung.

ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari
LOMBA LUKIS - Siswa sekolah dasar saat mengikuti lomba melukis tong sampah di Jimbafest 2023 dalam rangka Hari Sumpah Pemuda, di Jimbaran Hub, Badung, Sabtu (28/10).    

"Agar tidak terulang, sudah saatnya pemerintah menggencarkan lagi sosialisasi pemilahan sampah berbasis sumber. Agar sampah yang keluar sudah terpilah," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah harus lebih ekstra keras melakukan sosialisasi karena, ia menilai, tingkat kesadaran masyarakat masih rendah. "Mereka cenderung menitikberatkan ke  pemerintah. Karena merasa bayar, maka mereka tidak akan peduli. Maka harus diberikan pemahaman lebih, termasuk juga dari sekolah-sekolah dan instansi pendidikan lain," katanya. (sup)

Pemadaman api di TPA Suwung Denpasar masih berlanjut hingga Minggu, 15 Oktober 2023.
Pemadaman api di TPA Suwung Denpasar masih berlanjut hingga Minggu, 15 Oktober 2023. (Tribun Bali/Putu Supartika)

 

DPRD: Latihan Sebelum Tutup Permanen

KEBAKARAN yang terjadi di TPA Suwung membuat Kota Denpasar kelabakan mengatasi sampah. Di beberapa sudut kota pun terlihat onggokan sampah yang tak terangkut. Namun di sisi lain, kebakaran TPA Suwung ini bisa jadi semacam latihan bagi Pemkot Denpasar sebelum TPA ditutup permanen. Hal itu diungkapkan anggota DPRD Kota Denpasar, Agus Wirajaya, Sabtu (28/10).

"Kebakaran TPA Suwung menurut saya justru menjadi langkah penting Pemkot Denpasar mendapatkan jalan keluar yang efektif. Jadi saat nanti betulan ditutup permanen tidak kelabakan. Kalau misalnya kondisi sementara ini tidak bisa diatasi, apalagi nanti kalau memang benar-benar mau ditutup total?" papar kader Partai Solidaritas Indonesia atau PSI ini.

Menurutnya, saat ini waktunya bagi Pemkot Denpasar untuk berpikir keras dalam merancang cetak biru penanganan sampah yang sistematis. Termasuk juga menyelesaikan di sumbernya, kemudian membuat aturan hukum yang lebih rinci dalam pelaksanaannya. Dengan langkah yang dilakukan saat ini, seperti pemilahan berbasis sumber, masih belum dilaksanakan dengan konsisten sehingga hasil yang diharapkan belum signifikan.

"Saya paham kalau kadang-kadang pemerintah tidak tega dan kasihan dengan warga, tapi, mau tidak mau aturan harus dibuat ketat. Kemudian, pelaksanaannya harus dengan konsisten dan tegas karena kalau tidak begitu masalah ini tidak selesai," imbuhnya.

Di sisi lain, ia mengatakan, masalah sampah bukanlah tanggungjawab pemerintah semata.

Namun seluruh warga Denpasar punya andil dalam penyelesaian masalah sampah dengan mengurangi volume sampah di tingkat rumah tangga.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya menjadikannya sebagai kompos, lalu menjadikan eco enzim, hingga memilah plastik, botol, dan kertas untuk dapat dijual kembali sebagai barang bekas.

Ia mengatakan, kreativitas semacam itu harus dibiasakan warga dalam kehidupan sehari-hari. "Karena sehebat apa pun teknologi penanganan sampah yang ada, tanpa dibarengi niat baik dan  kesadaran semua pihak, masalah sampah tidak akan selesai," katanya. (sup)

 

 

Isu Sampah di Peringatan Sumpah Pemuda

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved