Berita Bali
Waspadai Cuaca Ekstrem Pasca Kekeringan di Bali, Hujan Diperkirakan Turun Pertengahan November
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyampaikan prakiraan cuaca bahwa awal musim hujan di Provinsi Bali
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
"Kami belum mendapatkan rilis resmi dari pusat terkait gejala el nino gorila yang kemungkinan terjadi di Bali. Memang ada wilayah yang sudah 150 hari lebih belum turun hujan. Namun di Gianyar, hitungan belum turun hujan baru 90 hari," ujar Dibya.
Sementara itu, sejumlah wilayah di Jembrana masih terdampak kekeringan hingga mengakibatkan warga mengalami krisis air bersih.
Hal ini tak hanya menjadi atensi Pemkab Jembrana, melainkan kepolisian juga membantu penyaluran air.
Sedikitnya, ada 6.000 liter air bersih yang disalurkan ke warga Banjar Benel, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana, Senin (30/10).
Di daerah itu, ada sekitar 100 KK warga yang mengalami krisis air bersih.
Kasat Samapta Polres Jembrana, AKP I Putu Suparta mengatakan, Polres Jembrana melalui Satuan Samapta mengerahkan 5 personel dengan dua kendaraan, yakni kendaraan patroli Double Cabin dan Armored Water Cannon (AWC) untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan.
Sebelum di Banjar Benel, Polres Jembrana juga telah menyalurkan air bersih ke warga di dua banjar di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya.
"Sedikitnya ada sekitar 100 KK yang saat ini mengalami kekurangan air bersih akibat kemarau panjang. Kemarau diperparah el nino ini menyebabkan debit air di penampungan kecil sehingga menyebabkan warga kekurangan air bersih," katanya.
Dia menyebutkan, dalam kegiatan penyaluran air bersih, pihaknya menggunakan kendaraan patroli Double Cabin dan Armored Water Cannon (AWC) untuk mendistribusikan air bersih. Diharapkan, warga yang membutuhkan air bersih bisa berkoordinasi dengan bhabinkamtibmas wilayah masing-masing untuk dikoordinasikan ke Polres Jembrana atau pihak terkait.
Dua Kabupaten Teratas
BBMKG Wilayah III Denpasar beberapa waktu lalu mengeluarkan Peringatan Dini Kekeringan Provinsi Bali. Dari data itu ada 7 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang tidak hujan berturut-turut lebih dari 30 hari.
Ketujuh daerah itu yakni Kabupaten Buleleng (Buleleng, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Seririt, Tejakula); Kabupaten Jembrana (Melaya, Pekutatan, Mendoyo); Kabupaten Tabanan (Kediri, Penebel, Kerambitan); Kabupaten Bangli (Bangli, Kintamani); Kabupaten Karangasem (Abang, Bebandem, Karangasem, Kubu); Kabupaten Badung (Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan); Kabupaten Klungkung (Dawan, Nusa Penida); dan Kota Denpasar (Denpasar Timur, Denpasar barat, Denpasar Selatan).
“Data Peringatan Dini Kekeringan Provinsi Bali diupdate atau diperbaharui per tanggal 20 Oktober 2023 lalu. Informasi ini di update setiap 10 hari, Nanti tanggal 1 November di-update lagi,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wiryajaya, Senin (30/10).
Wirya mengatakan, dari 7 Kabupaten/Kota yang masuk pada Peringatan Dini Kekeringan Provinsi Bali terdapat dua Kabupaten urutan teratas yang mengalami kekeringan ekstrem.
Dua Kabupaten itu yakni Kabupaten Karangasem dengan tidak ada hujan 110 hari (wilayah Kubu), Kabupaten Buleleng dengan tidak ada hujan 109 hari (wilayah Kubutambahan), dan Kabupaten Buleleng dengan tidak ada hujan 104 hari (wilayah Gerokgak).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.