Berita Tabanan
Subak Luwus I Cau Blayu Alami Kekeringan Karena DAM Macun Luwus Carang Sari Alami Pendangkalan
Subak Luwus I Cau Blayu Alami Kekeringan Karena DAM Macun Luwus Carang Sari Alami Pendangkalan
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Petani di Subak Luwus I Desa Cau Blayu Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan, mengeluhkan dengan terjadinya pendangkalan yang terjadi di DAM Macun Luwus Carang Sari.
Akibatnya air yang seharusnya dapat mengaliri 100 hekatre sawah di subak Luwus I tidak terjadi. Apalagi kondisi diperparah dengan kemarau panjang.
Penanaman palawija pun tidak dapat dilakukan. Ketika petani berusaha untuk tetap bercocok tanam, maka yang terjadi adalah gagal panen.
Dampaknya, sebagian warga terutama ibu-ibu sampai menjadi buruh ke luar desa.
Pekaseh Subak Luwus I, I Made Puspa mengatakan, bahwa untuk DAM itu sendiri mengalir ke dua arah yakni untuk ke carangsari dan ke luwus.
Nah kondisi selama ini, yang menjadi kendala ini dalam faktor pengurasan.
Hal itu adalah dampak dari adanya endapan atau sindementasi berupa lumpur. Dimana pendangkalan sudah lebih dari satu meter.
“Sehingga air tidak bisa mengalir. Waktu itu pernah meminjam air ke kanan, ke carangsari tapi air meluap di pengurasan. Air tidak bisa masuk ke kanan. Itu kendala dari dulu dari tahun 80-an. Sehingga sekarang kami ini berjuang memperbaiki melalui mekanisme yang ada,” ucapnya Selasa 7 November 2023.
Terkait mekanisme perbaikan, sambungnya, pihaknya sudah berbicara langsung dengan Komisi II DPRD Tabanan, di kantor Desa Cau Belayu, pagi ini.
Baca juga: Kasus Kredit Fiktif di Bank Pemerintah Bali, Kejari Badung Sita Tanah 2180 m2 di Desa Pejeng Kaja
Dan untuk Komisi II sudah siap untuk membantu. Pihaknya menginginkan supaya DAM kembali normal. Sehingga 100 hektare sawah yang dikelola subak Luwus I yang terdiri dari enam tempek bisa dilakukan meski musim kemarau.
“Ya tadi kami sudah bicara ke Komisi II. Dan itu yang kami inginkan (perbaikan),” ungkapnya.
Ketinggian DAM atau normalnya terowongan itu, sambungnya, ketika berkaca dari derita tetua desa maka dahulu pejalan kaki bisa untuk membersihkan.
Saat ini, diperkirakan tinggi dan lebar terowongan itu 1,5 meter, endapan atau sidementasi sudah tinggi lebih dari satu meter.
Dan panjang terowongan sekitar 400 meter.
“Terus itu tidak bisa diperbaiki atau dikeruk dengan alat berat. Harus manual. Karena kedalaman 25 meter,” jelasnya.
Ia mengaku, bahwa untuk Luwus I ada enam tempek, lima diantaranya ialah tempek Padang aling, babakan, Abianbase, Dajan desa dan Delod desa. Untuk total lahan sawah 100 hektare.
Yang saat ini, tidak bisa tanam padi, kecuali saat musim hujan karena melimpah air. Ketika kemarau saat ini tidak bisa. Dan kondisi paling parah ialah satu setengah tahun. Atau sejak Maret 2022.
“Sejatinya kita memiliki air. Akan tetapi tidak bisa mengalirkan. Sudah satu setengah tahun tidak bisa mengaliri air. Dipaksa tetap tidak bisa dan juga gagal panen. Palawija tidak bisa juga. Ibu-ibu sampai bekerja di luar,” bebernya.
Sementara itu, Ketua Komisi II, I Wayan Lara mengaku, bahwa secara umum di Tabanan atau Bali pasti harus berbicara tentang pertanian.
Tadi, melalui pekaseh pihaknya mengetahui dengan adanya pendangkalan. Maka dari itu pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Buapti Tabanan Komang Gede Sanjaya supaya terealisasi perbaikan terowongan atau dam itu sendiri.
“Jangka pendek itu harus terowongan itu dikuras. Dihitung sekitar Rp 25 juta. Dikoordinasikan ke Pemerintah, apalagi ini akan memasuki musim hujan. Tahun ini (perbaikan) yang pasti ini ini poinnya adalah pada pengerukan itu dulu, dan prosedurnya harus benar,” kata Lara.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.