Pilpres 2024

Survei CSIS: Elektabilitas Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran Hanya Selisih 7 Persen Di Jateng, Warning

Pakar Psikologi Politik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Moh Abdul Hakim menilai survei elektabilitas oleh CSIS ini jadi warning buat PDIP

Kolase TribunMuria/HO
Survei CSIS: Elektabilitas Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran Hanya Selisih 7 Persen Di Jateng, Warning 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pakar Psikologi Politik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Moh Abdul Hakim menilai survei elektabilitas oleh CSIS ini jadi warning buat PDIP di Jateng.

Abdul Hakim mengungkapkan elektabilitas Ganjar Pranowo yang mulai terkejar ini bisa menjadi indikasi yang kuat kalau cengkraman PDIP di Jateng mulai melemah.

Seperti diketahui, Center for Strategies and International Studies (CSIS) merilis hasil survei di Jawa Tengah yang merupakan ‘Kandang Banteng’.

Namun hasil yang didapatkan menunjukan paslon Prabowo-Gibran hanya berselisih 7 persen dari paslon Ganjar-Mahfud yang notabene diusung oleh PDIP.

Baca juga: Prabowo Subianto : Harus Jadi Sosok Dewasa dan Janjikan Pemberantasan Korupsi Sampai ke Akar-akarnya

Hasil survei CSIS periode 13-18 Desember 2023 menyebut elektabilitas capres-cawapres di Jateng-DIY untuk Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 13 persen, Prabowo-Gibran 36,5 persen, dan Ganjar-Mahfud MD 43,5 persen.

"Saya melihat ada kekhawatiran juga. Jateng dan Solo Raya kadangnya banteng. Kalau sampai suaranya didominasi Prabowo ini jadi hal buruk,”

“Tak hanya untuk Ganjar-Mahfud, tetapi untuk PDIP khususnya. Itu warning," ungkap dia kepada Tribunnews, Kamis (28/12/2023).

Menurut Hakim, penurunan suara Ganjar-Mahfud di wilayah Jateng karena beberapa hal.

Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat pendaftaran diri sebagai capres dan cawapres di KPU, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2023)
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat pendaftaran diri sebagai capres dan cawapres di KPU, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2023) (Dok. Timses Ganjar Mahfud via Kompas.com)

Baca juga: Respon Prabowo Subianto Soal Manuver Girban Nyebrang Dari PDIP: Ini Kan Proses Demokrasi

Di antaranya karena dampak penyerangan kepada Jokowi.

Pasalnya hubungan Jokowi dengan masanya bukan hubungan ideologis, tetapi emosional sehingga tak menurunkan kredibilitas tapi justru menimbulkan simpati.

Selain itu karena posisi Ganjar Pranowo yang susah, sehingga tak lagi punya efek elektoral yang kuat.

"Serba susah. Mau mengusung perubahan sudah ada Anies, mau melanjutkan (program Jokowi) sudah ada Prabowo," jelasnya.

Bahkan dia menilai, goyahnya kandang banteng di Jateng karena kuatnya sosok Jokowi di tengah-tengah masyarakat.

Baca juga: Prabowo Subianto Ungkap Strategi Demi Tujuan Indonesia Emas 2045, Dilakukan Diatas Pondasi Jokowi

Sehingga kondisi Ganjar akan tidak diuntungkan jika Jokowi benar-benar mendukung sepenuhnya pasangan Prabowo-Gibran.

"Saya mendengar informasi (Jokowi) masih menginjak rem. Kalau lebih clear dukungannya, Ganjar akan kehilangan suara banyak di Jateng."

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved