Berita Bali

Ketua IWSPA Kaget Pajak Spa Naik, Yulia: Padahal Baru Dikenalkan Ethnowellness Nusantara

para pelaku spa di Bali sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bali Tjok Bagus Pemayun untuk mencari solusi terbaik.

Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Istimewa
Dra. Yulia Himawati selaku Ketua IWSPA (Indonesia Wellness Spa Professional Association) 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dra. Yulia Himawati selaku Ketua IWSPA (Indonesia Wellness Spa Professional Association) merasa kaget dengan surat edaran pajak daerah Bali yang mengatakan tarif PBJT atas hiburan pada diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa ditetapkan paling rendah 40 persen dan paling tinggi 75 persen.

Saat dikonfirmasi Tribun Bali pada Sabtu 6 Januari 2024, Dra. Yulia mengatakan keberatannya atas kebijakan tersebut, mengingat industri spa baru saja bangkit akibat pandemi.

“Harusnya spa tidak dikategorikan sebagai usaha hiburan namun wellness. Di mana ada proses di dalam wellness tersebut, berupa healing, metode, praktek yang diberikan juga berbeda dengan massage/pijit biasa,” ujar Dra.Yulia.

“Ini harus diupayakan industri spa itu bidang wellness bukan hiburan. Jadi pajaknya harus kembali ke 15 persen,” tambahnya.

Baca juga: Pelaku Usaha Spa di Bali Kaget, Pajak Naik dari 15 Persen Jadi 40 Persen

Terlebih, di Bali sedang dikembangkan Ethnowellness Nusantara (ETNA).

Di mana ETNA ini adalah sebuah pranata kesehatan tradisional yang berakar pada kearifan lokal suku-suku bangsa di Indonesia yang khasiatnya telah terbukti membuat bangsa Indonesia yang menjadi konsumennya sehat, bugar dan tahan terhadap serangan penyakit.

“Upaya mempromosikan Ethnowellness Nusantara dan Indonesia sebagai destinasi wellness memang bukan perkara mudah, maka jangan sampai tidak berlanjut hanya karena berat di pajak sebesar 40 persen,” tambah Dra. Yulia.

Ia pun bersama para pelaku spa di Bali sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bali Tjok Bagus Pemayun untuk mencari solusi terbaik.

“Sudah kami komunikasikan dengan beliau. Ini akan menimbulkan dampak yang berat untuk pengusaha, pekerja dan masyarakat konsumen industri spa. Kami baru saja mau bangkit setelah pandemi karena banyak industri spa yang terpuruk,” ungkap ketua IWSPA tersebut.

Selain penunjang pariwisata, wisatawan ketika berlibur ke Bali pasti mencari spa.

Untuk itu, perlu ditekankan lagi kepada therapist spa agar paham ethnowellness nusantara agar wisatawan/masyarakat konsumen spa merasa nyaman dan happy saat mencoba ethno spa di Bali.

“Industri spa di pariwisata Bali sangat luar biasa. Wisatawan ingin kebugaran dengan cara Ethnowellness, dengan cara mencari Wellness Tourism yang membedakannya dengan spa pada umumnya. Kalau pajak naik, terpuruk lah para pelaku pariwisata ini,” tutup Dra. Yulia.(*)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved