Belum Sentuh Masalah Lingkungan, Robi Navicula Tanggapi Debat Cawapres Kedua

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Aktivis lingkungan asal Bali, I Gede Robi Supriyanto sekaligus vokalis band Navicula memberi komentar terkait debat calon wakil presiden (cawapres) kedua, Minggu (21/1/2024).

Salah satu tema debat Cawapres harus membicarakan lingkungan, namun kata Robi, justru pembahasan debat belum menyentuh permasalahan lingkungan di Indonesia.

Baca juga: Soroti Kematangan Emosi Gibran saat Debat, TPN Ungkit Putusan MK soal Usia Capres Cawapres

Ironisnya, di ruang debat tataran calon pimpinan negara yang terhormat malah waktu dihabiskan untuk tebak-tebak istilah.

Saat ditemui, Rabu (24/1/2024), Robi mengapresiasi adanya isu lingkungan dalam debat cawapres.

Namun Robi yang telah bergelut di isu lingkungan bertahun-tahun ini mengaku belum puas dengan penjabaran ketiga cawapres pada debat karena belum menyentuh hal-hal substansial.

Tidak ada solusi signifikan dan tidak memberikan impact.

Baca juga: Sorotan Debat Cawapres: Gesture Celingak-celinguk Gibran, Jawaban Menohok Mahfud MD dan Cak Imin

“Menurut saya pribadi itu masih pada kulitnya saja. Kami sebagai orang environmentalis ada hal yang memang dianggap serius dikerjakan dan memang benar-benar secara signifikan memberikan impact karena Indonesia image di internasional, deforestasi paling cepat. Polusi, sampah plastik lautan terbesar kedua di dunia. Untuk hal-hal esensial belum saya dapatkan dari debat," jelas Robi.

Disinggung ada pertanyaan mengenai greenflation yang ditanyakan oleh cawapres Gibran Rakabuming Raka, Robi menyatakan setiap cawapres memiliki agenda masing-masing, tapi tanpa menunjuk salah satu cawapres.

Menurutnya, tujuan debat selevel pimpinan negara idealnya harus membahas hal-hal substantif.

Baca juga: Apa Itu Green Inflation? Terminologi yang Dinilai Gagal Dijelaskan Oleh Gibran di Debat Capres

“Harus ada permasalahan dan solusinya. Bagi saya, harus ada pembeda level pembahasan isu lingkungan di masyarakat, akademisi, dan debat calon presiden atau cawapres,” imbuhnya.

“Kalau debat-debat masalah istilah bukan di level ya ini lah (pimpinan negara), harus lebih besar bagaimana nation branding di mata dunia."

"Saya berharap, ada percakapan lebih besar daripada itu. Sayangnya waktu debat singkat, harus bisa lebih padat cuma ngurusin istilah. Google aja tahu artinya jawabannya," katanya. (*)