Berita Tabanan
Harga Beras di Tabanan di Tingkat Penggilingan Alami Kenaikan, Sentuh Angka Rp 13.500 per Kilogram
Harga beras di tingkat penggilingan di Tabanan kini sudah menyentuh angka Rp 13.500.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: I Putu Juniadhy Eka Putra
Kembali Budiarta mengakui, bahwa sedikitnya jumlah panen di tingkat lokal membuat harga gabah dengan kualitas Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan harga juga.
Kata dia, harga gabah kualitas GKP sudah ditransaksikan naik ke posisi Rp 7.400 per kilo dari sebelumnya Rp 7.200 per kilo.

Disinyalir, maka akan terus bergerak naik dalam waktu dekat, mengingat tingginya permintaan gabah produksi lokal untuk mengisi kebutuhan penggilingan di luar Bali saat ini.
Bahkan, saudagar gabah penggilingan luar Bali berani membeli gabah petani lokal lebih mahal dari harga pasaran.
“Misal kalau saudagar di Bali beli Rp 7.400 per kg, maka saudagar dari Jawa berani membeli hingga Rp 7.600 per kg. Makanya banyak gabah petani lari terserap ke luar daerah,” bebernya.
Pedagang Nasi Goreng dan Nasi Jinggo Naikkan Harga
Dampak dari naiknya harga beras, membuat para pedagang makanan menaikkan harga jual dagangan mereka.
Salah satunya pada pedagang nasi goreng yang berlokasi di Jalan Nangka Utara, Denpasar.
Baca juga: Pedagang Nasi Goreng dan Nasi Jinggo Naikkan Harga, Dampak Harga Beras Terus Naik di Bali
Ketut Sudangin selaku salah satu pedagang nasi goreng kaki lima mengatakan terakhir ia membeli beras dengan harga Rp16 ribu per kilogram.
“Kalau sekarang 5 kg Rp75 ribu dari sebelumnya yang kadang-kadang hanya Rp70 ribu atau paling mahal Rp72 ribu,” kata Sudangin, Senin (29/1/2024).
Kenaikan harga beras ini, kata Sudangin, terjadi sejak sebulan lalu, namun naiknya bertahap tidak langsung Rp5 ribu per kg, namun Rp1 ribu per hari.
Hal ini membuat ia terpaksa menaikkan harga jual nasi goreng yang semula Rp 10 ribu menjadi Rp 12 ribu per porsi.
Karena naiknya harga nasi goreng yang ia jual, kadang nasi gorengnya tak habis terjual. Sering juga ia menjual nasi goreng yang dulunya paling malam hanya sampai pukul 24.00, sekarang sampai pukul 03.00 dini hari.

“Ekonomi agak sulit, agak lesu. Kita jualan saja kadang sampai jam 03.00. Kalau naikkan (harga) lagi kan bisa kehilangan pembeli karena dibilang terlalu mahal nanti. Yang lain aja ayam geprek misalnya Rp 10 ribu. Kalau nasi goreng udah Rp 12 ribu plus teler,” bebernya.
Ia pun mengakui jumlah pembeli kini berkurang yang dulunya dalam sehari bisa menjual 100 porsi lebih kini kurang lebih 90 porsi kadang tak sampai 90 porsi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.