Berita Jembrana

Kasus DBD Januari 2024 Menurun Drastis, Tetap Waspada, Masyarakat Jangan Lengah

Kasus DBD Januari 2024 Menurun Drastis, Tetap Waspada, Masyarakat Jangan Lengah

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Fenty Lilian Ariani
zoom-inlihat foto Kasus DBD Januari 2024 Menurun Drastis, Tetap Waspada, Masyarakat Jangan Lengah
Istimewa
Suasana saat petugas kesehatan melakukan fogging sebagai antisipasi lonjakan kasus DBD di wilayah Kecamatan Jembrana, belum lama ini.

NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Januari 2024 menurun drastis dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Sebulan, hanya ditemukan 11 kasus di semua wilayah Jembrana.

Meskipun begitu, masyarakat dengan menerapkan langkah antisipasi seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mengingat cuaca ekstrem belakangan ini sehingga mempengaruhi pola kembangbiak nyamuk yang lebih cepat. 

Menurut data yang diperoleh, dalam kurun waktu lima tahun terakhir atau 2020-2024, tahun 2023 menjadi temuan kasus yang terbanyak.

Pada 2020 tercatat ada 267 kasus, kemudian di 2021 menurun drastis menjadi 96 kasus.

Di 2022 kembali naik menjadi 347 kasus dan di 2023 menjadi puncak tertinggi mencapai 435 kasus.

Sementara selama Januari 2024 tercatat hanya ada 11 kasus. 

"Januari ini ada 11 kasus. Jumlahnya jauh turun di bandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Bahkan jadi yang terendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana saat dikonfirmasi, Kamis 1 Februari 2024. 

Dia menekankan, meskipun kasus cenderung menurun jauh dari tahun sebelumnya, potensi lonjakan kasus tetap ada.

Baca juga: Hari Baik untuk Menggelar Upacara Pitra Yadnya pada Bulan Februari 2024 Menurut Kalender Bali

Terlebih lagi saat peralihan musim dari kemarau menuju musim hujan.

Sehingga sosialiasi serta ajakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing selalu menjadi agenda penting setiap tahunnya.

"Secara rutin tim kami yakni penyuluh kesehatan tetap melakukan sosialiasi serta edukasi ke masyarakat. Terlebih ketika ada sebuah kasus, yang menderita termasuk warga pendampingnya harus tetap waspada dan menerapkan PSN dengan maksimal," jelasnya.

"Ini untuk mengantisipasi atau mencegah nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak lebih banyak," imbuhnya. 

Disisi lain, pemerintah juga tetap menyiapkan dua skema fogging.

Yakni fogging sebelum masa penularan (SMP) serta fogging ketika ditemukan kasus.

"Untuk fogging SMP kita lebih banyak menyasar daerah rawan. Adalah daerah yang pernah terdapat kasus DBD," tegasnya.

Terpisah, Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gede Ambara Putra kembali menegaskan kepada masyarakat agar tetap waspada Terhadap lonjakan kasus.

Sebab, pada tahun 2023 lalu kasus tercatat paling tinggi salam 5 tahun terakhir.

Lonjakan kasus yang begitu drastis ini atau hingga di angka 435 kasus disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satunya perubahan iklim yang ekstrem tahun ini terutama dengan adanya fenomena El Nino dan siklon di selatan Indonesia. 

"Kemudian dipengaruhi dengan adanya siklus lima tahunan yang terjadi rutin dalam beberapa dekade ini. Jadi harus diwaspadai dan diantisipasi tentunya," ungkapnya.

Dia menjelaskan, perubahan iklim ekstrem yang terjadi saat ini cenderung menyebabkan laju percepatan kembangbiak nyamuk Aedes Aegypti semakin masif.

Jika dulunya nyamuk berkembang biak dalam waktu beberapa pekan, kini kurang dari 10 hari sudah menjadi nyamuk dewasa. 

"Sehingga proses kembangbiaknya lebih cepat dari normal. Ini menjadi salah satu penyebab (meningkatnya kasus)," ungkapnya. 

Selain itu, kata dia, penyebab tingginya kasus demam berdarah saat ini adalah tingginya mobiltas penduduk pascapandemi.

Ini sangat mempengaruhi laju migrasi virus dari satu daerah ke daerah lain.

Misalnya ketika seseorang terjangkit virus DBD di suatu wilayah kemudian pindah ke wilayah lainnya dan digigit nyamuk akan menyebabkan penyebaran kasus.

"Nyamuk yang menggigit warga terinfeksi DBD ini kemudian menggigit yang belum terinfeksi. Sehingga mobilitas ini juga sangat berpengaruh terhadap melonjaknya kasus tahun ini," ungkapnya.

"Mari kita lakukan PSN secara rutin di rumah dan lingkungan masing-masing. Sebaiknya minimalisir adanya genangan air baik dari tempat penampungan lama serta sampah plastik," tandasnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved