Berita Denpasar
Ngantosang Ulungan Bulan Karya Carma Mira Raih Hadiah Sastra Rancage Tahun 2024
Ngantosang Ulungan Bulan Karya Carma Mira Raih Hadiah Sastra Rancage Tahun 2024, Jadi Perempuan Kedua dari Bali Sejak 1998
Penulis: Putu Supartika | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Buku kumpulan cerpen Ngantosang Ulungan Bulan (Menanti Bulan Jatuh) karya Carma Mira meraih Hadiah Sastera Rancage tahun 2024 untuk sastra Bali modern dari Yayasan Kebudayaan Rancage Bandung.
Pengumuman pemenang Sastera Rancage tahun 2024 dilakukan pada Rabu, 31 Januari 2024 malam.
Perempuan bernama lengkap Dewa Ayu Carma Miradayanti ini menjadi perempuan kedua penerima hadiah ini sejak pertama kali digelar untuk sastra Bali modern tahun 1998.
Sebelumnya Dewa Ayu Carma Citrawati menjadi perempuan pertama peraih penghargaan ini di tahun 2017.
Menurut penuturan Carma Mira, Ngantosang Ulungan Bulan merupakan buku pertamanya.
"Buku kumpulan cerpen ini terdiri atas 11 cerpen. Sebagian besar cerpen tersebut sudah pernah terbit di beberapa media yang memuat sastra Bali modern seperti di Bali Orti Bali Post, Bali Jani Nusa Bali, dan yang terbanyak adalah di Majalah Suara Saking Bali," tuturnya, Kamis 1 Februari 2024.
Dari awal menulis hingga saat ini ia mengaku masih mengalami kesulitan, terutama untuk menuangkan ide menjadi sebuah cerita menggunakan bahasa Bali.
Akan tetapi, bahasa Bali tetap menjadi pilihannya dalam menulis karya sastra karena ia merasa bahasa Bali memberikan keleluasaan dalam membuat cerita tentang Bali.
"Awalnya saya hanya iseng menulis, kemudian saya memberanikan diri untuk mengirim ke rubrik dan media yang menerima karya sastra berbahasa Bali. Karya pertama saya dimuat tahun 2018," katanya.
Baca juga: Bulan Bahasa Bali Keenam Dibuka Dengan Festival Nyurat Lontar dan Mengetik Aksara Bali 500 Siswa
Sayangnya ia berhenti pada karya ketiga karena ada hal lain yang harus diprioritaskan.
Ia kembali menulis pada tahun 2021 dan terus menekuninya.
"Cerita yang saya tulis adalah hal-hal ringan yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari dengan segala drama dan fenomenanya. Saya mengemasnya dengan hal-hal yang saya sukai seperti cerita-cerita yang bersumber dari karya sastra jawa kuno. Misalnya cerpen “Bojog Ngandong Dedari” yang didalamnya mengandung cerita Ramayana yaitu bagian ketika Subali dan Sugriwa memperebutkan Dewi Tara," kata perempuan yang kini menjadi dosen di Prodi Jawa Kuna Unud.
Selain itu, terkadang ia juga mewarnai tulisan saya dengan metafora yang diammbil dari alam.
Sementara itu, juri Sastera Rancage untuk sastra Bali modern, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra menuturkan, ada 12 buku yang terbit di tahun 2023 baik berupa puisi maupun cerpen.
"Pada tahun 2023 terbit 12 judul, meningkat dua judul dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 10 judul," katanya.
12 judul itu terdiri atas 6 buku kumpulan cerpen, 5 kumpulan puisi, dan sebuah majalah yang memuat puisi dan cerita pendek.
Darma Putra mengatakan, buku Ngantosang Ulungan Bulan memiliki kualitas narasi, alur, dan amanat yang sama kuat.
"Penggarapan tema juga menarik karena menonjolkan substansi cerita yang orisinal, tampak inovatif dibandingkan karya-karya yang terbit tahun 2023. Ini tampak dari alur yang menarik, menyentuh dalam, dan ending cerita yang memiliki daya kejut yang kuat," katanya.
Ia pun menambahkan jika konflik-konflik cerita yang kuat dan alur yang memikat, membuat cerpen- cerpen ini berhasil menyentuh hati dan menyampaikan pesan yang mendalam. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.