Berita Tabanan

Aplikasi Layanan Masih Tahap Migrasi, Antrean RSUD Tabanan Tak Dapat Dihindari

Aplikasi Layanan Masih Tahap Migrasi, Antrean RSUD Tabanan Tak Dapat Dihindari

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
TB/ Angga
RSUD Tabanan tampak luar yang sudah berbenah dengan pembangunan di bagian luarnya. ( 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - RSUD Tabanan membuat satu aplikasi layanan medis, yang saat ini masih dalam tahap proses migrasi.

Akiabt dari kurangnya informasi terhadap pasien dan pegawai, maka banyak keluhan yang terjadi pada Selasa 6 Februari 2024 hari ini.

Pasien membludak hingga pegawai tidak tahu ihwal aplikasi layanan yang belum diberi nama tersebut.

Namun, dalam apliaksi itu tersedia fitur-fitur mulai pengambilan resep obat, pelayanan poli, keuangan dan semua dokumen medik lainnya. Pengamprahan bahan habis pakai dan sistem keuangan dan kepegawaian.

Direktur RSUD Tabanan, Gede Sudiarta mengatakan, bahwa apliaksi belum dilaunching atau masih dalam tahap migrasi.

Sehingga, terjadi ketidaknyamanan ketika pasien saat tadi datang ke rumah sakit Tabanan. Namun, tujuan dari adanya apliaksi adalah mepercepat proses penanganan pasien atau menghindari antrean.

Misalnya saja terkait dengan e resep yang ada dalam aplikasi, maka tidak akan ada lagi menggunakan resep manual. Sesuai daftar obat di farmasi, yang sudah ada di laptop maka pasien tinggal mengklik.

Jadi tidak akan lagi membawa ke bagian farmasi resep itu, hanya membawa nomor.

“Namun, karena masih migrasi maka ini ada ketidaknyamanan baik kepada pasien dan pegawai yang gagap karena ini sistem baru,” ucapnya.

Baca juga: Viral Ketua KPU Terbukti Langgar Kode Etik, Lantas Apa Itu Kode Etik Penyelenggara Pemilu?


Sudiarta menegaskan, bahwa aplikasi ini merupakan perpindahan dari sistem baru atau smart maruti yang dulu digunakan. Dimana di sistem lama, pendaftaran melalui online atau whatsapp.

Namun, pendaftaran itu juga ada keterlambatan. Atau masih tidak bisa langsung ke poli. Dan tidak langsung terkoneksi ke BPJS alias harus melakukan input dua kali.

“Jadi sesuai aturan Kemenkes (di sistem baru) ada penerapan RME. Maka rumah sakit secara internal, dengan inovasi membuat sistem pendaftaran online, yang nanti akan berlanjut. Begitu pasien mendaftar secara online bisa memilih dokter dan jam berapa datang tidak perlu mengantre. Tujuannya adalah untuk memecah antrean,” jelasnya.

Pasien yang datang, sambungnya, nantinya akan disediakan minimal empat mesin anjungan. Di empat mesin itu nantinya akan ada nomor, yang difungsikan untuk, misalnya si pasien a datang ke poli dalam dengan mengklik nomor, maka otomatis langsung ke poli dalam tanpa mengantre.

“Persoalan (antrean) ini karena memang kita mencoba launching pada awal Januari. Tapi karena sistem aplikasi perlu disempurankan dan disosialisasikan dan migrasi, maka diundur. Di 1 Februari kemarin itu baru 90 persen dan baru uji coba. Sebenarnya, masih memigrasikan data dari sistem lama ke yang baru,” ungkapnya.

Menurut dia, bahwa dalam sistem baru inu kemudahan dan yang menjadi kemudahanan layanan ialah sudah terkoneksi ke BPJS poli dan pelayanan lainnya. Meskipun, dalam proses saat migrasi ini menimbulkan keterlamabatan.

Karena sistem baru memiliki banyak modul. Ditambah lagi, pada migrasi data, pasien lama yang kronis harus di migrasikan lagi datanya ke yang baru.

“Itu butuh waktu karena data cukup besar. Migrasi data pasien lama ke baru ini, jadi supaya riwayat itu diketahui perlu obat jenis apa,” imbuhnya.

Pihaknya, lanjut Sudiarta, mengambil langkah solusi sosialisasi yang akan ditingkatkan. Kemudian internet harus ditingkatkan.

Di poli-poli saat ini, masih menggunakan wifi lepas dan ada ketidakstabilan yang muncul. Kini sudah dipasangi yang baru.

“Mudah-mudahan dalam Februari ini migrasi data bisa total selesai. Dan Maret jika tidak ada hambatan dan berjalan lancar (maka akan dilaunching),” bebernya.

Ia menambahkan, bahwa kerumitan dalam migrasi saat ini adalah karena blok rumah sistem yang berbeda. Karena persoalan IT memang tidak bisa diperkirakan akan selesai kapan. Karena tahap migrasi belum tuntas, sehingga supaya tidak menganggu pelayanan dilakukan dengan sistem manual lagi.

“Jadi setelah jam layanan selesai, kami anru  input lagi data-data di sistem yang lama ke yang baru. Ya ini kami ingin menuju perubahan, yang pastinya ada hambatan. Ketidaknyamanan pasti muncul,” pungkasnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved