Berita Bangli
Ogoh-Ogoh STT Dharma Kusuma Angkat Tema 'Danuh Pralaya', Wujud Kepedulian Terhadap Alam Batur
Desa Batur, Kecamatan Kintamani menggelar parade ogoh-ogoh pada 10 Maret 2024, serangkaian Nyepi tahun caka 1946.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Ogoh-Ogoh STT Dharma Kusuma Angkat Tema 'Danuh Pralaya', Wujud Kepedulian Terhadap Lingkungan Alam Batur
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Desa Batur, Kecamatan Kintamani menggelar parade ogoh-ogoh pada 10 Maret 2024, serangkaian Nyepi tahun caka 1946.
Sejumlah pemuda-pemudi yang tergabung dalam Sekaha Teruna Teruni (STT) kini masih berproses menyelesaikan karyanya.
Baca juga: Polisi: Tak Ada Begal di Jalan Tusan-Bakas, Pria Bawa Parang Kemungkinan Habis Buat Ogoh-Ogoh
Misalnya pemuda-pemudi asal Banjar Batur Selatan dan Banjar Batur Selatan Asri, yang tergabung dalam STT Dharma Kusuma.
Mereka kini tengah menyelesaikan ogoh-ogoh yang disebut Danuh Pralaya.
Ketua STT Dharma Kusuma, I Made Indrawan mengungkapkan, Danuh Pralaya menjadi simbol kisah kepedulian dan bentuk penyadaran akan kerusakan alam Batur yang terjadi.
Baca juga: Parade Ogoh-ogoh Dapat Apresiasi Luar Biasa Dari DPRD Tabanan
"Masifnya pembangunan, pengerukan, pencemaran yang terjadi di wilayah Wintang Ranu (Danau Batur) membuat kegelisahan pemuda-pemudi untuk menyuarakan agar kita melestarikan bumi, mencintai alam dan merawat estetika alam itu sendiri," ucapnya Jumat (1/3/2024).
Dikatakan pula, tahun ke tahun STT Dharma Kusuma selalu mengangkat kisah cerita nyata yang terjadi disekitar.
Baik mengenai isu lingkungan hingga perilaku manusia. Indrawan menilai, persoalan yang ada harus diangkat dan disuarkan lewat mahakarya.
Baca juga: 17 Sekha Teruna di Badung Tidak Buat Ogoh-Ogoh, Semuanya Berada di Kecamatan Petang
Seperti pada tahun sebelumnya, STT Dharma Kusuma mengangkat cerita Sang Hyang Ibu, yang murka oleh perbuatan anak-anaknya yang kian hari jauh dari perilaku baik.
Mencerminkan layaknya sosok anak yang durhaka, tidak menghargai seseorang Ibu yang telah melahirkan, merawat, membesarkan dan menghidupi dengan kasih sayang.
Hal senada diungkapkan Jero Rapliana yang sebagai Ketua Panitia Ogoh-ogoh tahun caka 1946.
Menurutnya, kebanyakan orang kerap mengkambinghitamkan bhuta kala sebagai sesuatu negatif, namun lupa bahwa musuh terbesar adalah diri sendiri.
Salah satu anggota STT bernama Jro Adit Alamsta menambahkan, ogoh-ogoh Danuh Pralaya berangkat dari kisah cerita yang memang dialami, tidak mengambil cerita dari kisah masa lalu.
"Kami memiliki akal, naluri, hati, jiwa untuk melihat fenomena peristiwa untuk kami ceritakan lewat karya ogoh-ogoh ini."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.