Hari Raya Nyepi
120 Pura di Desa Adat Peguyangan Denpasar Melasti ke Pantai Padanggalak, Libatkan 8 Ribu Krama
Bendesa Adat Peguyangan, I Ketut Sutama mengatakan, tujuan melasti ini adalah untuk memohon tirta amerta
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Salah satu Desa Adat yang menggelar melasti ke Pantai Padanggalak, Kesiman, Denpasar adalah Desa Adat Peguyangan.
Di mana Desa Adat Peguyangan melasti pada Kamis 7 Maret 2024 pagi.
Sekitar pukul 06.30 Wita, krama atau umat Hindu dari Desa Adat Peguyangan sudah ramai di Pantai Padanggalak.
Pratima, banten, dan barong landung pun sudah tergelar di tempat yang telah disiapkan sebelumnya.
Prosesi melasti ini berlangsung sekitar kurang lebih 2,5 jam.
Baca juga: Melasti di Pantai Padanggalak Denpasar Berselimut Mendung, Ribuan Umat Hindu Tumpah Ruah
Bendesa Adat Peguyangan, I Ketut Sutama mengatakan, tujuan melasti ini adalah untuk memohon tirta amerta untuk menyucikan bhuana alit dan bhuana agung.
“Memang setiap tahun menjelang Nyepi, prosesi melasti ini wajib dilaksanakan,” jelasnya.
Ia menambahkan, dari Desa Adat Peguyangan melibatkan sebanyak 120 pura dalam melasti ini.
Di mana pratima yang disucikan ke segara sebanyak 80 buah pratima.
Sementara warga atau krama yang ikut melasti sebanyak 2.000 kepala keluarga atau 8 ribuan orang.
Rangkaian melasti ini dimulai dengan menghaturkan banten soda oleh para peserta.
Dilanjutkan dengan prosesi muput banten oleh pemangku, dan dilanjutkan dengan menghaturkan pakelem berupa bebek ke laut.
Kemudian dilanjutkan dengan proses persembahyangan dan nunas tirta.
Setelah itu rangkaian dilanjutkan dengan tarian pendet.
Usai melasti, pada Hari Raya Kuningan juga akan dilakukan prosesi menuju ke Taman dan pada Minggu 10 Maret 2024, dilanjutkan dengan prosesi Tawur Kasanga dan Pangerupukan.
Diketahui, sejak pagi buta, ribuan umat Hindu sudah tumpah ruah di Pantai Padanggalak, Kesiman, Denpasar untuk melasti ini, bahkan ada dari pukul 04.00 Wita.
Mereka menjunjung atau membawa pratima, banten, umbul-umbul, barong hingga rangda ke pantai.
Dan sejak pagi, langit Pantai Padanggalak pun mendung mengiringi pelaksanaan melasti ini.
Juga disertai hujan rintik-rintik yang sesekali hadir menyertai.
Meski begitu, hal ini tak mengurangi kekusyukan mereka mengikuti prosesi ini.
Suara gamelan berpadu dengan denting genta dan japa mantra para pemangku.
Usai melaksanakan persembahyangan di sepanjang jogging track atau di atas pasir, mereka mendekati air laut sebagai wujud penyucian.
Pratima juga turut diusung menuju ke air laut tersebut.
Dan untuk Nyepi saka 1946 tahun 2024 ini, berdasarkan surat edaran PHDI Bali, melasti bisa dilaksanakan mulai 7 Maret 2024.
Sementara Nyepi akan dirayakan pada 11 Maret 2024.
Surat edaran ini dari PHDI Bali ini berisikan pedoman pelaksanaan Nyepi mulai dari melasti hingga ngembak geni.
Surat edaran ini bernomor 318/PHDIBali/XII/2023 tertanggal 18 Desember 2023.
"Surat edaran ini adalah sebagai pedoman pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946," kata Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak.
Kenak mengatakan, untuk upacara melasti dilaksanakan mulai Kamis-Sabtu, tanggal 7-9 Maret 2024.
"Untuk pelaksanaannya disesuaikan dengan Desa Adat setempat dan diatur oleh Prajuru Desa Adat masing-masing. Dan sekembalinya dari melasti, Ida Bhatara Nyejer di Pura Bale Agung, Pura Desa atau Pura Puseh sampai dengan tanggal 10 Maret 2024," katanya.
Usai tawur, kemudian Ida Bhatara kembali ke Kahyangan masing-masing.
Selain itu juga berisi terkait pelaksanaan tawur yang akan dipusatkan di Pura Besakih.
Nantinya masing-masing perwakilan kabupaten/kota memohon tirta dan nasi tawur ke Pura Besakih.
Tawur itu nantinya akan diteruskan hingga ke tingkat desa adat dan muaranya ke masing-masing rumah tangga.
"Bagaimana pelaksanaan tawur dari kabupaten kota sampai ke tingkat rumah tangga pun dijelaskan dalam surat edaran ini," imbuhnya.
Selanjutnya pihaknya meminta kepada para wisatawan dan masyarakat non hindu yang berada di Bali saat Nyepi untuk turut serta menjaga kesucian, kedamaian, keharmonisan, kerukunan antar dan inter umat beragama.
"Kami berharap nyepi berjalan lancar dan damai, serta hal-hal kurang baik yang terjadi tahun kemarin tak terulang lagi," katanya.
Sementara itu, terkait Nyepi yang kemungkinan beririsan dengan puasa Ramadhan pertama, Kenak berharap apa yang ada dalam seruan bersama dilaksanakan. (*)
Kumpulan Artikel Denpasar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.