Tips Kesehatan

Kenali Lebih Dekat Epilepsi, Cerita Sembuhnya Dua Pasien Ini Setelah Operasi

Kenali Lebih Dekat Epilepsi, Cerita Sembuhnya Dua Pasien Ini Setelah Operasi

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Foto bersama dokter-dokter yang menangani pasien epilepsi dengan keluarga pasien yang telah sembuh dari epilepsi. 

Yakni dimulai tahun 2018 sebanyak 442 pasien, lalu 2019 981 pasien, 2020 yang terus mengalami kenaikan sebanyak 1.593, 2022 tercatat sebanyak 2.339 dan data terakhir yaitu di tahun 2023 sejumlah 3.510 penanganan dan kunjungan. 

Baca juga: Termasuk Gorengan, Ini 4 Jenis Asupan Penyebab Epilepsi Kambuh

Penanganan Awal dan Penyembuhan

dr. Dewa Putu Wisnu Wardhana, MD, PHd, FICS, FINSS (Neurosurgeon) menjelaskan beberapa modalitas yang dapat digunakan dalam mendeteksi epilepsi dan penyebabnya yaitu pemeriksaan EEG atau Elektroensefalografi.

Dimana pemeriksaan ini merekam aktifitas elektrik sportan dari otak, selama periode tertentu (30 menit), dari elektrode yang dipasang di kulit kepala dan cara kedua melalui MRI (di kepala).

"Hal ini untuk menilai anatomi otak dan menyingkirkan kelainan otak lain sebagai penyebab epilepsi", kata dokter Dewa Putu Wisnu. 

Penyembuhan umum epilepsi dilakukan melalui pemberian obat anti kejang yang diminum sesuai jenis kejang, usia jenis kelamin dan kondisi metabolik.

"Dimulai dengan satu macam obat dosis terendah dan diminum secara teratur", ungkapnya. 

Metode penanganan yang lebih advance untuk mengatasi epilepsi yakni dengan terapi VNS dan DBS.

Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS selaku dokter bedah saraf Siloam Group, menyampaikan bahwa VNS terapi (juga disebut stimulasi saraf vagus) telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sebagai terapi tambahan untuk orang dewasa dan anak-anak berusia 4 tahun ke atas. 

Serta terapi tersebut disetujui untuk mengobati kejang fokal atau parsial yang tidak merespons obat kejang. 

"Ini disebut epilepsi yang resistan terhadap obat atau epilepsi refrakter," ucap Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS.

Dijelaskan Dr. Made Agus Mahendra, menstimulasi saraf vagus (VNS) dapat mencegah atau mengurangi kejang dengan mengirimkan energi listrik ringan dan teratur ke otak melalui saraf vagus. 

Sementara itu terapi stimulasi otak dalam (Deep Brain Stimulation) atau DBS merupakan penggunaan alat untuk membantu mengendalikan kejang. 

"Dilakukan pembedahan untuk memasang alat tersebut, kemudian di program di klinik rawat jalan oleh dokter spesialis epilepsi," imbuhnya.
 
Pembedahan dilakukan dengan melihat gangguan pusat titik lokasi kelistrikan di otak pasien

Metode ini tentu dipilih berdasarkan indikasi yang sangat kuat dengan mempertimbangkan risiko dan benefit yang bisa dialami oleh pasien.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved