Berita Bali

Soal Ratusan Babi Mati Mendadak di Karangasem, GUPBI Bali: Pemerintah Sangat Lambat

Ketua GUPBI Bali: wabah virus yang diduga ASF itu sejatinya sudah mewabah di semua kabupaten di Bali.

Tribun Bali
Ilustrasi Babi - Soal Ratusan Babi Mati Mendadak di Karangasem, GUPBI Bali: Pemerintah Sangat Lambat 

"Hampir semua sebenarnya sudah kena virus. Namun ada yang diberitakan ada yang tidak. Kita sebenarnya sudah capek, namun pemerintah harusnya mengambil solusi untuk semua ini," imbuhnya.

Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada mengatakan, pihaknya masih melakukan pengecekan di laboratorium untuk memastikan apakah babi-babi tersebut mati karena terserang virus African Swine Fever (ASF).

“Masih dicek penyebabnya tunggu hasilnya ya. Masih di laboratorium belum keluar (hasilnya) tunggu saja,” ungkap Sunada singkat saat dihubungi melalui chat WhatsApp (WA), Rabu 27 Maret 2024.

Seperti diketahui peternak babi di Karangasem resah.

Ratusan ekor babi di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem mendadak mati, dari Februari hingga Maret 2024.

Gejalanya hampir sama. Babi tidak mau makan, badan panas, dan mencret.

Selain itu bengong, tak beraktivitas seperti biasanya, sempat kejang, dan muncul bintik merah.

Perbekel Desa Ban, Gede Tamu Sugiantara, mengaku, peternak babi di Desa Ban sedang berduka.

Mengingat banyak babi masyarakat mati mendadak.

Satu KK di Desa Ban bisa kehilangan 25 ekor babi, induk dan anak.

Seandainya diakumulasi keseluruhannya, babi warga Desa Ban yang mati mencapai 200 ekor lebih.

"200 ekor lebih yang mati dalam 1 bulan, dari Februari sampai Maret 2024. 1 KK rata-rata memelihara lebih dari 3 ekor. Ada yang memelihara 20-25 ekor. Dan semuanya mati. Babi mati menyebar di semua banjar di Desa Ban. Terbanyak yakni di Banjar Cucut dan Dlundungan," kata Gede Tamu Sugiantara, Selasa 26 Maret 2024.

Warga bersedih. Sebagian besar warga yang babinya mati adalah KK kurang mampu. Pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa.

Diperkirakan kematian ratusan babi di Desa Ban karena terserang virus African Swine Fever (ASF).

"Tidak hanya di Desa Ban, daerah lain juga sama. Banyak babi mati mendadak. Gejalanya hampir sama," imbuh Gede Tamu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved